Daftar Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan:
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Respirasi Tumbuhan
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Pengaruh Status Kadar Air Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Amarilis merupakan salah satu jenis tanaman berbunga yang berasal dari daerah sub tropik (Andini et al., 2019). Tanaman ini memiliki perawakan dan bunga yang cantik sehingga sering dimanfaatkan sebagai tanaman hias. Selain itu, bunga bakung dapat dimanfaatkan sebagai tanaman obat. Umbinya mengandung saponin dan polifenol yang berkhasiat sebagai kaki bengkak (Munawaroh, 2017). Meskipun cukup diminati karena fungsinya tersebut, tetapi masalah utama dalam pengembangan amarilis adalah kesulitan penentuan saat pembungaan (Andini et al., 2019).
Menurut Kamenetsky dan Okubo (2013) dalam Wilmot dan Laubscher (2019) masalah dalam pembungaan Amarilis dapat diatasi melalui proses vernalisasi. Pembungaan pada Amarilis dapat diinduksi dengan penyimpanan umbi yang dipanaskan diikuti dengan vernalisasi pada suhu yang lebih dingin. Pendinginan ini merupakan periode penting dalam perkembangan bunga atau umbi berbunga musim semi untuk mencegah pertumbuhan fungsi akar fungsi dan gangguan pembungaan.
Masalah yang diakibatkan terbatasnya pembungaan pada Amarilis menyebabkan manfaatnya tidak dapat dimaksimalkan. Terutama kaitannya dengan fungsinya sebagai tanaman hias yang bisa bernilai ekonomi. Padahal, Allah telah menyampaikan terkait dengan fungsi tanaman sebagai tanaman hias dalam Al-Quran surah Qaf ayat 7 Allah telah berfirman bahwa:
Artinya: “Dan bumi yang Kami hamparkan dan Kami pancangkan di atasnya gunung-gunung yang kokoh dan Kami tumbuhkan di atasnya tanam-tanaman yang indah”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan tanaman-tanaman yang indah dipandang mata, seperti pada Amarilis yang manfaat utamanya sebagai tanaman hias karena bunganya yang indah. Sehingga, sering dimanfaatkan oleh masyarakat dalam meningkatkan perekonomian. Oleh karena itu, penting untuk kita mengkaji lebih lanjut terkait dengan vernalisasi sehingga kita dapat mengetahui peranan vernalisasi dalam merangsang pembungaan serta ilmu yang diperoleh diharapkan dapat diterapkan dalam mengatasi permasalahan pembungaan pada tanaman. Selain itu, diharapkan dengan adanya praktikum ini merupakan wujud kita dalam mengkaji dan mempelajari ciptaan-Nya serta dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini yaitu bagaimanakah pengaruh induksi vernalisasi terhadap umbi amarilis untuk merangsang pembungaan?
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh induksi vernalisasi terhadap umbi amarilis untuk merangsang pembungaan.
1.4 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat mengetahui pengaruh induksi vernalisasi terhadap umbi amarilis untuk merangsang pembungaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Amarilis
Amarilis merupakan salah satu jenis tanaman berbunga yang berasal dari daerah sub tropik. Tanaman ini dapat ditanam di Indonesia pada daerah bersuhu 18°C sampai 20°C pada malam hari dan 20°C sampai 25°C pada siang hari (Andini et al., 2019). Tanaman Amarilis (Hippeastrum hiybrid, dalam famili Amaryllidaceae) memiliki perbungaan terminal, bunga besar, dan warna yang bervariasi tergantung spesies, hibrida, dan varietas mulai dari merah tua hingga putih, hijau, oranye, dan campuran. Tanaman amarilis diproduksi komersial sebagai bunga potong, tanaman pot, atau bahan perbanyakan, selain itu juga digunakan untuk berkebun. Beberapa kondisi iklim dan tanaman diperlukan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan amarilis. Oleh karena itu, karakteristik fisik dan nutrisi media tanam merupakan hal yang mendasar bagi suatu budidaya yang layak secara ekonomi (Mateus at al., 2018).
2.2 Syarat Tumbuh Amarilis
Beberapa kondisi iklim dan tanaman diperlukan untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan amarilis. Oleh karena itu, karakteristik fisik dan nutrisi media tanam merupakan hal yang mendasar bagi suatu budidaya yang layak secara ekonomi (Mateus at al., 2018). Selain itu, menurut Bostan et al. (2014) Amarilis lebih menyukai tempat teduh namun terbuka (light shade) dan tanah yang lembab. Tempat yang terlalu teduh dan gelap dapat membuat pertumbuhannya kurus dan hasil pembungaan yang kurang bagus. Penanaman optimal amarilis adalah antara bulan September hingga Januari (Black, 2000, dalam Bostan et al., 2014). Amarilis mentolerir kelembaban selama hujan musim panas asalkan umbi memiliki drainase yang baik (Barnhoorn, 2013 dalam Wilmot dan Laubscher, 2019).
Amarilis cocok digunakan untuk penanaman hemat air dan dalam kondisi kering, tetapi tetap membutuhkan penyiraman secara teratur (Wilmot dan Laubscher, 2019). Amarlis dapat tumbuh pada temperatur yang sangat beragam (Kuehny & Miller, 2008, dalam Inkham et al., 2019). Akan tetapi, Suhu yang terlalu tinggi (lebih dari 23°C) dapat menyebabkan pembungaan yang buruk. Suhu pertumbuhan yang berbeda-beda juga menyebabkan karakteristik pertumbuhan tanaman yang berbeda seperti perbedaan ukuran umbi, ukuran bunga, waktu pembungaan, tinggi tanaman, dan lain-lain (Inkham et al., 2019).
2.3 Pembungaan Amarilis
Masalah utama dalam pengembangan amarilis adalah kesulitan penentuan saat pembungaan. Induksi pembungaan dapat dilakukan melalui fotoperiodisasi (Andini et al., 2019). Fotoperiode merupakan rasio relatif antara Panjang waktu penyinaran matahari pada siang dengan malam hari. Fotoperiodisme ialah tanggapan perkembangan tumbuhan terhadap fotoperiode. Pertumbuhan reproduktif tanaman yang dipengaruhi oleh fotoperiode ialah pembentukan bunga, buah dan biji (Sutoyo, 2011).
Kondisi pertumbuhan lingkungan yang tepat dapat merangsang pembungaan yang sukses untuk Amarilis agar dapat ditanam sebagai bunga potong komersial yang potensial. Munculnya florescence dapat dirangsang oleh periode istirahat musim panas yang panjang dan kering dengan suhu tinggi (15-27°C) dan kemudian dipicu oleh suhu musim gugur yang lebih dingin (5-13°C). Umbi tidak aktif selama musim panas dan terpapar suhu tinggi (27°C) yang mempengaruhi pembungaan (Wilmot dan Laubscher, 2019). Pembungaan pada Amarilis dapat diinduksi dengan penyimpanan umbi yang dipanaskan diikuti dengan vernalisasi pada suhu yang lebih dingin. Pendinginan ini merupakan periode penting dalam perkembangan bunga atau umbi berbunga musim semi untuk mencegah pertumbuhan fungsi akar fungsi dan gangguan pembungaan (Kamenetsky dan Okubo, 2013 dalam Wilmot dan Laubscher, 2019).
2.4 Vernalisasi
Banyak spesies tanaman akan menghasilkan bunga dan buah di daerah dengan musim dingin, yang merupakan hasil dari proses yang dikenal sebagai vernalisasi (Rinzim, 2018). Vernalisasi merupakan aplikasi suhu rendah (bukan beku) untuk merangsang hormon pembungaan sehingga masa berbunga dan lama budidaya akan lebih cepat, Vernalisasi mampu mempengaruhi dan meningkatkan jumlah persentase pembungaan (Howard, 2012 dalam Aldiani et al., 2017). Mekanisme ini terjadi sebagai fungsi dari vernalisasi yang menstimulasi pembungaan. Rangsangan dari vernalisasi diteruskan oleh suatu hormon vernalin yang berubah menjadi giberelin yang penting bagi proses pembungaan tanaman melalui suatu proses aerob (Dennis, 2007 dalam Aldiani et al., 2017).
Vernalisasi dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya situs vernalisasi, umur tanaman, suhu rendah yang sesuai (1-6°C), durasi paparan, oksigen, dan air (Rinzim, 2018). Menurut Aldiani et al. (2017) perlu kedalaman tanam pada kisaran tertentu agar lingkungan tumbuh mempunyai suhu yang optimal sehingga mampu mempertahankan pengaruh vernalisasi yang ada. Selain itu, usia atau status perkembangannya juga dapat berpengaruh (Ream, 2017).
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober 2021 pukul 15.00 WIB-selesai. Praktikum dilakukan via Zoom Meeting dan di rumah praktikan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
- Pisau (1 Buah)
- Kertas koran (Secukupnya)
- Poly bag/pot (3 Buah)
- Plastik (Secukupnya)
- Refrigerator (1 Buah)
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
- Umbi amarilis dengan keliling ≥ 25 cm (3 Buah)
- Tanah (2.400 gram)
- Kompos (300 gram)
- Mulsa (Secukupnya)
3.3 Langkah Kerja
Langkah kerja pada praktikum ini yaitu:
- Dibongkar tanaman amarilis, lalu dibuang daun dan akarnya dan diambil umbinya.
- Dibersihkan umbi yang tersisa, dan selanjutnya dibungkus dengan kertas Koran dan dimasukkan ke dalam lemari es dengan suhu sekitar 4°C selama 0, 1, dan 2 Minggu.
- Dikeluarkan umbi dari lemari es, bila proses vernalisasi telah selesai, kemudian langsung ditanam dalam poly bag dengan media tanah ditambah kompos dengan perbandingan 4:1.
- Ditutupi media tanam dalam pot dengan mulsa agar suhu tanah berada pada kisaran 20°C.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pada praktikum ini ditunjukkan pada tabel berikut:
No | Perlakukan Pendinginan (Minggu) | Muncul Kuncup Bunga (HST) | Bunga Mekar Sempurna (HST) | Keterangan |
1 | 0 (Kontrol) | – | – | Amarilis mengalami pertumbuhan helai daun sepanjang 2 cm |
2 | 1 | – | – | Amarilis tidak muncul daun dan mengalami kematian, terjadi perubahan warna pada permukaan umbi menjadi kemerahan |
3 | 2 | – | – | Amarilis mengalami kematian ditandai dengan tumbuhnya jamur pada permukaan umbi |
4.2 Pembahasan
Perlakuan dalam praktikum “Vernalisasi” ini dilakukan dengan memasukkan sebanyak tiga umbi Amarilis ke dalam freezer dalam waktu 0 minggu sebagai kontrol, 1 minggu, dan 2 minggu. Sebelumnya, umbi Amarilis dibersihkan terlebih dahulu untuk menghilangkan akar dan daun yang masih ada hingga hanya tersisa umbinya saja. Setelah dibungkus, masing masing umbi Amarilis kemudian mulai diberi perlakuan.
Umbi Amarilis tanpa perlakuan (sebagai kontrol) berdasarkan data hasil yang diperoleh, menunjukkan terjadi pertumbuhan pada daun hingga 2 cm setelah pengamatan selama kurang lebih 44 hari. Pertumbuhan hanya terjadi sampai pada tahap daun, tidak sampai pada tahap pembungaan Amarilis. Pada kontrol, umbi Amarilis tidak dilakukan proses vernalisasi terlebih dahulu.
Umbi Amarilis dengan perlakuan pendinginan selama 1 minggu setelah pengamatan kurang lebih 37 hari menunjukkan tidak terjadi pertumbuhan baik pada daun maupun proses pembungaan. Dalam praktikum yang dilakukan, ditemukan bahwa umbi Amarilis pada perlakuan ini justru mengalami kebusukan dan kerusakan karena dimakan oleh hama semut. Pembusukan diduga disebabkan oleh kadar kelembapan umbi yang cukup tinggi. Hal ini didukung oleh pernyataan Tomiozzo et al. (2019) bahwa kelembapan air sangat penting pada penyimpanan umbi suhu rendah (seperti vernalisasi), karena kelembapan yang terlalu rendah dapat menurunkan kecepatan pertumbuhan dan berujung kepada penurunan berat dan penurunan vigor, sedangkan kelembapan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan akar terlalu cepat dan dapat menimbulkan kebusukan umbi.
Umbi Amarilis dengan perlakuan pendinginan selama 2 minggu setelah pengamatan kurang lebih 30 hari menunjukkan tidak terjadi pertumbuhan baik pada daun maupun proses pembungaan. Dalam praktikum yang dilakukan, ditemukan bahwa umbi Amarilis pada perlakuan ini justru mengalami kerusakan karena ditumbuhi oleh jamur. Seperti pembusukan pada perlakuan 1 minggu pendinginan, pada perlakuan ini juga pertumbuhan jamur disebabkan oleh tingginya kelembapan pada umbi. Didukung oleh pernyataan Tomiozzo et al. (2019) bahwa kelembapan air sangat penting pada penyimpanan umbi suhu rendah (seperti vernalisasi). Kelembapan yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pertumbuhan akar terlalu cepat dan dapat menimbulkan kebusukan umbi.
Faktor Kegagalan pada Pembungaan Amarilis
Hasil yang diperoleh pada praktikum ini menunjukkan terjadinya kegagalan pada pembungaan Amarilis. Baik perlakuan pendinginan selama 1 minggu, 2 minggu maupun kontrol tidak menunjukkan terjadinya proses pembungaan. Hal ini tidak semestinya terjadi, karena menurut Aldiani et al. (2017) vernalisasi seharusnya dapat merangsang hormon pembungaan sehingga mempercepat inisiasi bunga. Bahkan pada perlakuan dengan pendinginan tidak terjadi pertumbuhan sama sekali pada daun dan umbi mengalami kerusakan yang disebabkan oleh hama dan parasit mikroorganisme.
Kegagalan pertumbuhan dan pembungaan yang terjadi diduga disebabkan oleh beberapa faktor eksternal. Terdapat beberapa kemungkinan faktor yang menyebabkan tidak terjadinya proses pembungaan pada pengamatan ini, yaitu sebagai berikut.
a. Kurangnya waktu pengamatan
Waktu pengamatan yang dilakukan pada praktikum ini hanya berkisar satu bulan, hal tersebut menyebabkan pada kontrol tidak sampai diamati pada proses pembungaannya. Hal ini didukung oleh penelitian yang ada sebelumnya oleh Ridha et al. (2019) yang melakukan pengamatan perbungaan pada umbi Amarilis dengan perlakuan vernalisasi dengan waktu penelitian selama kurang lebih 5 bulan. Tanaman Amarilis yang muncul bunga paling cepat memiliki rerata waktu yaitu 48 HST.
b. Kurangnya waktu pendinginan
Waktu pendinginan di freezer pada perlakuan hanya 1 dan 2 minggu. Hal tersebut diduga tidaklah mencukupi untuk mencapai proses vernalisasi yang sempurna. Hal ini didukung oleh pernyataan Rinzim (2018) bahwa vernalisasi juga dipengaruhi oleh lama waktu pendinginan. Durasi paparan Selain panas rendah yang sesuai, istilah yang tepat dari perlakuan dingin ini diperlukan untuk vernalisasi. Ini bervariasi dalam berbagai spesies Amarilis. Biasanya, rentang waktu pendinginan adalah sekitar satu setengah bulan atau lebih. Oleh karena itu, pendinginan selama 2 minggu seharusnya memiliki proses pembungaan yang lebih cepat dibandingkan dengan pendinginan 1 minggu dan kontrol.
c. Suhu
Suhu juga diduga menjadi salah satu faktor kegagalan pembungaan dalam praktikum ini. Karena tidak adanya alat deteksi, tidak diketahui dengan pasti suhu pada kulkas yang digunakan dalam praktikum. Kulkas yang digunakan juga tidak dapat konstan mempertahankan suhunya, karena sering terjadi mati listrik yang menyebabkan kulkas tidak berfungsi dengan semestinya. Padahal, suhu yang disarankan dalam praktikum yaitu berkisar 4°C.
Pernyataan tersebut didukung oleh Rinzim (2018) bahwa vernalisasi dipengaruhi oleh suhu
rendah yang sesuai, suhu yang cocok untuk vernalisasi tanaman berkisar antara 1-6⁰C.
Kecukupan suhu rendah berkurang dari 0 hingga – 4⁰C dan pada sekitar -6⁰C tidak
memadai. Demikian pula, pada suhu yang lebih tinggi dari 7⁰C dan seterusnya, reaksi
tanaman berkurang dan pada sekitar 12 hingga 14⁰C praktis tidak memadai.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Penelitian yang ada berdasarkan literatur telah membuktikan bahwa induksi vernalisasi terhadap umbi amarilis seharusnya berpengaruh dalam merangsang pembungaan. Akan tetapi, praktikum yang dilakukan tidak dapat membuktikan pengaruh tersebut karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurangnya waktu pengamatan, kurangnya waktu dalam proses pendinginan, serta suhu yang tidak sesuai. Umbi Amarilis yang diberi perlakuan 1 dan 2 minggu pendinginan mengalami pembusukan dan kerusakan akibat hama dan jamur. Sedangkan, kontrol hanya mengalami pertumbuhan helai daun sepanjang 2 cm.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu, manajemen waktu yang baik sangat diperlukan dalam praktikum ini. Karena, pertumbuhan Amarilis hingga proses pembungaan yang membutuhkan waktu yang tidak singkat. Selain itu, perlu diperhatikan juga faktor-faktor eksternal lain seperti suhu pendinginan, cahaya matahari, kadar dan waktu penyiraman dan faktor lainnya sehingga meminimalisir terjadinya kegagalan dalam praktikum ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aldiani, Z. M., Wicaksono, K. P., & Sitawati. (2017). Pengaruh vernalisasi terhadap pertumbuhan dan pembungaan sedap malam (Polianthes tuberosa L.) pada berbagai kedalaman tanam. Jurnal Produksi Tanaman, 5(6).
Andini, U. R., Setiado, H., & Siregar, L. A. M. (2019). Pengaruh vernalisasi terhadap penampilan tanaman Amarilis (Hippeastrum sp.) lokal Tanah Karo dan Sumatera Barat. Jurnal Pertanian Tropik, 6(1).
Bostan, N., Sajid, M., Rabi, F., & Munir, M. (2014). Effects of growing media and irrigation interval on flower production of amaryllis (Amaryllis belladonna). Journal of Biology, Agriculture, and Healthcare, 4(6).
Inkham, C., Piriyapongpitak, P., & Ruamrungsri, S. (2019). Storage and growth temperatures affect growth, flower quality, and bulb quality of Hippeastrum. Scientia Horticulturae, 160.
Mateus, C. de M.D., Pivetta, K.F.L., Bôas, R.L.V., de Cas-tilho, R.M.M., Sartori, M.M.P. and Mazzini-Guedes, R.B. (2018) Nutrient accumulation in Amaryllis. American Journal of Plant Sciences, 9, 239-249.
Munawaroh, E., Yuzammi, Solihah, S. M., & Suhendar. (2017). Koleksi kebun raya Liwa, Lampung: tumbuhan berpotensi sebagai tanaman hias. LIPI Press.
Ream, T. S. (2017). Vernalization. Encyclopedia of Applied Plant Sciences, 1.
Sutoyo. (2011). Fotoperiode dan pembungaan tanaman. Buana Sains, 11(2).
Tomiozzo, R., Uhlmann, L. O., Becker, C. C., Schwab, N. T., Streck, N. A., Balest, D. S. (2019). How to produce gladiolus corms. Ornamental Horticulture, 25(3).
Wilmot, C. M., & Laubscher, C. P. (2019). Flowering initiation in Amaryllis belladonna. Acta horticulturae, 137-144.