Daftar Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Respirasi Tumbuhan
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Pengaruh Status Kadar Air Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hormon tumbuhan merupakan kelompok zat organik alami yang mempengaruhi proses fisiologis pada konsentrasi rendah. Proses-proses yang dikembangkan terutama berasal dari pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan, proses lainnya seperti gerakan stomatal, juga terpengaruh (Cokrowati dan Diniarti, 2019). Oleh karena itu, keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik berkaitan dengan pewarisan sifat tanaman yang berasal dari tanaman induknya. Sedangkan, faktor lingkungan berkaitan dengan kondisi lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh. Salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi tingkat keberhasilan pertumbuhan adalah penambahan zat pengatur tumbuh (ZPT) sintetis. ZPT akan merangsang pertumbuhan suatu tanaman dalam membantu pembentukan fitohormon yang ada di dalam tanaman dan menggantikan fungsi dan peran hormon (Ramadan et al., 2016).
Secara umum macam hormon atau zat pengatur tumbuh dapat dibagi dalam tiga kelompok penting, yaitu auksin, sitokinin, dan giberelin (Jinus et al., 2012). Penggunaan zat pengatur tumbuhan (ZPT) alami hingga saat ini masih menjadi pilihan, karena mengandung paling banyak jenis hormon organik yaitu auxin, giberelin, sitokinin yang diformulasikan hanya dari bahan alami yang dibutuhkan oleh semua jenis tanaman sehingga tidak membahayakan (aman) bagi kesehatan manusia maupun binatang dan berdaya guna mempercepat proses pertumbuhan tanaman, membantu pertumbuhan akar dan meningkatkan keawetan hasil panen (anonimous, 2015 dalam Mutryarny dan Lidar, 2018).
Menurut (Wahyuningtyas et al. (2017) air kelapa merupakan sumber sitokinin yang juga merupakan salah satu zat pengatur tumbuh alami yang lebih murah dan mudah didapatkan dan telah lama dikenal sebagai zat tumbuh. Selain itu, tumbuhan yang bisa digunakan sebagai ZPT alami adalah bawang merah (Putro et al., 2021). Meskipun memiliki banyak keunggulan, dalam penggunaan ZPT haruslah sesuai dengan takarannya. Menurut Mutryarny dan Lidar (2018) kita harus memilih jenis ZPT dan takaran yang tepat dan sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Kesesuaian dalam Al-Quran tertuang dalam surah Al-Qamar ayat 49 yang berbunyi:

Artinya: “Sungguh, Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
Ayat tersebut mengandung pengertian bahwa Allah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan porsinya sehingga berada dalam keadaan seimbang. Seperti pada kadar konsentrasi hormon atau ZPT yang harus diberikan sesuai dengan takarannya pada tanaman agar dapat bekerja dengan efektif. Oleh karena itu, pentingnya mengetahui pengaruh pemberian hormon alami dengan kadar tertentu menjadi sangat penting untuk dikaji sehingga diharapkan hasil yang diperoleh nantinya dapat bermanfaat. Selain itu, diharapkan dengan adanya praktikum ini merupakan wujud kita dalam mengkaji dan mempelajari ciptaan-Nya serta dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini yaitu bagaimana pengaruh pemberian hormon alami dengan bahan umbi bawang merah dan air kelapa terhadap pertumbuhan tanaman?
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pemberian hormon alami dengan bahan umbi bawang merah dan air kelapa terhadap pertumbuhan tanaman.
1.4 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yaitu dapat mengetahui pengaruh pemberian hormon alami dengan bahan umbi bawang merah dan air kelapa terhadap pertumbuhan tanaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hormon Tumbuhan (Definisi dan Macam)
Hormon tumbuhan merupakan kelompok zat organik alami yang mempengaruhi proses fisiologis pada konsentrasi rendah. Proses-proses yang dikembangkan terutama berasal dari pertumbuhan, diferensiasi dan perkembangan, proses lainnya seperti gerakan stomatal, juga terpengaruh. Hormon tumbuh terdiri dari tiga golongan yaitu auxin, giberilin dan sitokinin (Cokrowati dan Diniarti, 2019).
Auksin adalah zat hormon tumbuhan yang ditemukan pada ujung batang, akar dan pembentukan bunga yang berfungsi sebagai pengatur pembesaran sel dan memicu pemanjangan sel di daerah belakang meristem ujung. Auksin berperan penting dalam pertumbuhan tumbuhan. Giberelin merupakan salah satu zat tumbuh yang termasuk pada kelompok fitohormon dan terdapat dalam organ akar, batang, daun, tunas-tunas bunga, bintil akar dan buah muda (Mutryarny dan Lidar, 2018).
Sitokinin merupakan substansi pertumbuhan yang merangsang pembelahan sel. Giberilin berperan dalam pembelahan sel dan mendukung pembentukan RNA sehingga terjadi sintesa protein. Pembelahan sel distimulasi oleh aktifnya amilase menghidrolisis pati menjadi gula tereduksi sehingga konsentrasi gula meningkat akibatnya tekanan osmotik juga meningkat. Peningkatan tekanan osmotik di dalam sel menyebabkan air mudah masuk ke dalam sel sehingga dapat memacu segala proses fisiologis dalam sel tanaman (Cokrowati dan Diniarti, 2019).
Hormon lain yang terdapat pada tumbuhan adalah etilen dan asam absisat. Etilen adalah hormon tanaman yang memulai pematangan buah dan mengatur banyak aspek pertumbuhan tanaman, pengembangan dan penuaan (Bahar et al., 2016). Sedangkan, asam absisat (ABA) merupakan salah satu zat pengatur tumbuh yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanam salah satunya yaitu menghambat pembungaan (Irvan & Andriana, 2017).
2.2 Zat Pengatur Tumbuhan (Definisi dan Macam ZPT Alami)
Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang bukan nutrisi tanaman, yang dalam jumlah kecil atau konsentrasi rendah akan merangsang dan mengadakan modifikasi secara kualitatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Ilmu Biologi, 2010 dalam Rahayu dan Riendriasari, 2016). Zat pengatur tumbuh utama yang terdapat secara alami pada tanaman adalah auksin, giberelin, sitokinin, etilen dan asam absisat (Darmawan dan Justika, 2010 dalam Kamillia et al., 2019). Salah satu ZPT yang beredar di pasaran dan baik untuk digunakan adalah ZPT hormonik (Mutryarny dan Lidar, 2018).
Zat pengatur tumbuh hormonik memiliki keunggulan lebih yaitu mengandung paling banyak jenis hormon organik yaitu auxin, giberelin, sitokinin yang diformulasikan hanya dari bahan alami yang dibutuhkan oleh semua jenis tanaman sehingga tidak membahayakan (aman) bagi kesehatan manusia maupun binatang dan berdaya guna mempercepat proses pertumbuhan tanaman, membantu pertumbuhan akar dan meningkatkan keawetan hasil panen (anonimous, 2015 dalam Mutryarny dan Lidar, 2018). Zat pengatur tumbuh alami yang dapat digunakan yaitu ekstrak kecambah sebagai sumber auksin dan ekstrak daun kelor sebagai sumber sitokinin (Warohmah et al., 2018).
Air kelapa sebagai sumber sitokinin juga merupakan salah satu zat pengatur tumbuh alami yang lebih murah dan mudah didapatkan dan telah lama dikenal sebagai zat tumbuh (Wahyuningtyas et al., 2017). Selain itu, tumbuhan yang bisa digunakan sebagai ZPT alami adalah bawang merah. Ekstrak dari bawang merah yang memiliki kandungan auksin endogen dari umbi lapis. Pada umbi lapis mempunyai bahan tunas sedang di sisi luarnya terdapat lateral. Tunas-tunas muda pada bawang merah menghasilkan auksin alami berupa IAA (Indodole Acetid Acid) (Putro et al., 2021).
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 21 Oktober 2021 pukul 15.00 WIB-selesai. Praktikum dilakukan via Zoom Meeting dan di rumah praktikan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
- Blender (1 Buah)
- Saringan (1 Buah)
- Gelas ukur (1 Buah)
- Sprayer (1 Buah)
- Penggaris (1 Buah)
- Bak media (1 Buah)
- Gelas plastik/polybag/pot tanaman (9 Buah)
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
- Umbi bawang merah (100 gr)
- Air kelapa (200 ml)
- Bibit tumbuhan (sawi/kangkong/bayam) (Secukupnya)
- Tanah (Secukupnya)
- Pupuk kendang (Secukupnya)
- Kapas (Secukupnya)
- Air (Secukupnya)
3.3 Langkah Kerja
Langkah kerja pada praktikum ini yaitu:
- Disiapkan biji tumbuhan dan dipilih yang memiliki pertumbuhan baik, ditanam biji pada kapas basah hingga tinggi muncul daun pertama, kemudian ditanam di tanah hingga tumbuhan memiliki tinggi 10 cm.
- Disiapkan media tanam yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1
- a) Disiapkan umbi bawang merah sebanyak 100 gr dikupas dan dicuci, kemudian dihaluskan bawang mewah dengan ditambah air 100ml (bisa menggunakan blender hingga halus) kemudian disaring air hingga mendapatkan ±100ml.
b) Disiapkan air kelapa dari 1 buah air kelapa sebanyak 1 liter - a) Dibuat konsentrasi air perasan bawang sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan
b) Dibuat konsentrasi air kelapa sesuai dengan konsentrasi yang diinginkan - Disemprotkan air perasan bawang dan air kelapa 2x sehari dan disiram tanaman 2 hari sekali.
- Dibuat semua perlakuan dengan 3 x ulangan
- Dihitung pertumbuhan sesuai dengan tabel pertumbuhan
Perlakuan: | Sawi -Dosis … | ||||
Ulangan: | … | ||||
Parameter | Tgl___Hari___HST | Tgl___Hari___HST | Tgl___Hari___HST | Tgl___Hari___HST | dst |
Tinggi tanaman | |||||
Tinggi tanaman | |||||
Lebar daun: Panjang daun | |||||
Diameter batang |
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel TinggI Tanaman
Hasil tinggi tanaman pada praktikum ini ditunjukkan pada tabel berikut:
Dosis | Tinggi Tanaman | ||
0 HST | 7 HST | 14 HST | |
Air Kelapa 0% | 11 | 13 | 15 |
Air Kelapa 25% | 6 | 7.6 | 9.6 |
Air Kelapa 75% | 8 | 8.4 | 8 |
Air Kelapa 100% | 10 | 11 | 12 |
Air perasan bawang 0% | 8.5 | 9 | 12 |
Air perasan bawang 25% | 10 | 12.5 | 15 |
Air perasan bawang 75% | 10 | 21 | 29 |
Air perasan bawang 100% | 7 | 9.6 | 11 |
4.1.2 Tabel Jumlah Daun
Hasil jumlah daun pada praktikum ini ditunjukkan pada tabel berikut:
Dosis | Tinggi Tanaman | ||
0 HST | 7 HST | 14 HST | |
Air Kelapa 0% | 3 | 5 | 5 |
Air Kelapa 25% | 4 | 5 | 5 |
Air Kelapa 75% | 6 | 5 | 3 |
Air Kelapa 100% | 5 | 6 | 7 |
Air perasan bawang 0% | 5 | 5 | 5 |
Air perasan bawang 25% | 6 | 7 | 8 |
Air perasan bawang 75% | 4 | 5 | 6 |
Air perasan bawang 100% | 5 | 6 | 5 |
4.1.3 Tabel Lebar Daun dan Panjang Daun
Hasil lebar dan panjang daun pada praktikum ini ditunjukkan pada tabel berikut:
Dosis | Tinggi Tanaman | ||
0 HST | 7 HST | 14 HST | |
Air Kelapa 0% | 1.3:1.5 | 1.9:1.9 | 2.2:2.6 |
Air Kelapa 25% | 2.2:2.5 | 2.9:3.7 | 3.8:5.0 |
Air Kelapa 75% | 1.5:2 | 1.4:2.4 | 1.0:1.6 |
Air Kelapa 100% | 1.6:2.2 | 2.5:3.0 | 3.4:4.0 |
Air perasan bawang 0% | 1.8:2.3 | 4.0:4.8 | 4.0:9.0 |
Air perasan bawang 25% | 1.0:1.0 | 3.0:4.3 | 4.2:6.0 |
Air perasan bawang 75% | 3.3:5.0 | 5.6:9.6 | 8.0:14.0 |
Air perasan bawang 100% | 1.5:2.5 | 1.6:2.8 | 1.9:3.2 |
4.1.4 Tabel Diameter Batang
Hasil diameter batang pada praktikum ini ditunjukkan pada tabel berikut:
Dosis | Tinggi Tanaman | ||
0 HST | 7 HST | 14 HST | |
Air Kelapa 0% | 0.11 | 0.13 | 0.22 |
Air Kelapa 25% | 0.16 | 0.26 | 0.46 |
Air Kelapa 75% | 0.15 | 0.15 | 0.17 |
Air Kelapa 100% | 0.10 | 0.26 | 0.36 |
Air perasan bawang 0% | 0.33 | 0.36 | 0.43 |
Air perasan bawang 25% | 0.10 | 0.25 | 0.40 |
Air perasan bawang 75% | 0.40 | 0.53 | 0.70 |
Air perasan bawang 100% | 0.15 | 0.16 | 0.23 |
4.2 Pembahasan
Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan 14 hari setelah tanam dengan parameter tinggi tanaman menunjukkan bahwa perlakuan air kelapa dengan konsentrasi 0% menunjukkan angka tinggi tanaman yang paling tinggi, yaitu 15 cm. Sedangkan, perlakuan dengan perasan bawang, menunjukkan angka tinggi tanaman paling tinggi yaitu pada konsentrasi 75%. Secara keseluruhan, konsentrasi paling efektif pada tinggi tanaman yaitu perlakuan air perasan bawang dengan dosis 75%.
Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan 14 hari setelah tanam dengan parameter jumlah daun menunjukkan bahwa perlakuan air kelapa dengan konsentrasi 100% menunjukkan angka jumlah daun yang paling banyak, yaitu 7 buah. Sedangkan, perlakuan dengan perasan bawang, menunjukkan angka jumlah daun yang paling banyak yaitu pada konsentrasi 25% sebesar 8 buah. Secara keseluruhan, konsentrasi paling efektif pada jumlah daun yaitu perlakuan air perasan bawang dengan dosis 25%.
Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan 14 hari setelah tanam dengan parameter lebar daun dan panjang daun menunjukkan bahwa perlakuan air kelapa dengan konsentrasi 25% menunjukkan angka lebar daun dan panjang daun yang paling tinggi, yaitu lebar 3.8 cm dan panjang 5.0 cm. Sedangkan, perlakuan dengan perasan bawang, menunjukkan angka jumlah daun yang paling banyak yaitu pada konsentrasi 75% sebesar 8.0 cm pada lebar dan 14.0 cm pada panjang daun. Secara keseluruhan, konsentrasi paling efektif pada jumlah daun yaitu perlakuan air perasan bawang dengan dosis 75%.
Hasil yang diperoleh berdasarkan pengamatan 14 hari setelah tanam dengan parameter diameter batang menunjukkan bahwa perlakuan air kelapa dengan konsentrasi 25% menunjukkan angka diameter batang yang paling besar, yaitu 0,46 cm. Sedangkan, perlakuan dengan perasan bawang, menunjukkan angka diameter batang yang paling besar yaitu pada konsentrasi 75% sebesar 0,7 cm. Secara keseluruhan, konsentrasi paling efektif pada jumlah daun yaitu perlakuan perasan bawang dengan dosis 75%.
Pemberian air kelapa sebagai zat pengatur tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan sawi dalam beberapa parameter. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, secara keseluruhan pada perlakuan pemberian air kelapa dengan dosis 100% menunjukkan perlakuan yang paling efektif dalam pertumbuhan tanaman sawi. Meskipun dosis 25% menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi khususnya pada jumlah dan panjang daun, serta diameter batang. Akan tetapi, dosis 100% menunjukkan selisih yang tidak terlalu jauh dalam parameter tersebut. Selain itu, dalam parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, dosis air kelapa 100% menunjukkan angka yang lebih tinggi dengan selisih yang cukup tinggi dibandingkan dengan dosis 25%.
Pernyataan ini didukung oleh Indriawati et al. (2021) bahwa berdasarkan hasil pengamatan, data yang diperoleh menunjukkan bahwa pemberian air kelapa dapat meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman sawi hijau. Air kelapa banyak digunakan dalam budidaya tanaman dengan konsentrasi yang berbeda-beda dan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Rata-rata data juga menunjukkan nilai vegetatif yang diperoleh berbanding lurus dengan besarnya konsentrasi air kelapa yang diberikan.
Hasil analisis data secara statistik air kelapa berpengaruh nyata terhadap luas daun, jumlah daun, laju pertumbuhan dan biomassa basah tanaman sawi hijau. Hal ini dikarenakan air kelapa diketahui sebagai sumber zat pengatur tumbuhan yang kaya zat-zat aktif diantaranya Kalsium (Ca), Natrium (Na), Magnesium (Mg), Ferum (Fe), Cuprum (Cu), dan Sulfur (S), gula dan protein dan dalam air kelapa juga terdapat 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin yang berperan sebagai pendukung pembelahan sel (Tiwery, 2014 dalam Indriawati et al., 2021).
Pemberian perasan bawang merah sebagai zat pengatur tanaman berpengaruh terhadap pertumbuhan sawi dalam beberapa parameter. Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, secara keseluruhan pada perlakuan pemberian perasan air bawang dengan dosis 75% menunjukkan perlakuan yang paling efektif dalam pertumbuhan tanaman sawi dalam semua parameter pengamatan kecuali jumlah daun. Hal ini didukung oleh pernyataan Manurung et al. (2021) bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak bawang merah meningkatkan hasil pertumbuhan tanaman yang ditandai dengan meningkatnya tinggi tanaman, jumlah daun dan berat basah, semakin tinggi pemberian konsentrasi ekstrak bawang merah yang diberikan terhadap tanaman akan memacu cepatnya hasil pertumbuhan tanaman lebih tinggi.
Penelitian menyebutkan bahwa pertumbuhan tanaman berbanding lurus dengan besarnya kosentrasi ZPT yang diberikan. Akan tetapi, hal tersebut tidak berlaku pada semua tanaman. Seperti pada pengamatan perasan bawang merah, penggunaan ZPT haruslah sesuai dengan takarannya. Menurut Mutryarny dan Lidar (2018) kita harus memilih jenis ZPT dan takaran yang tepat dan sesuai dengan pertumbuhan tanaman. Pemberian ekstrak bawang merah dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman. Hal ini diduga karena adanya kandungan auksin dan sitokinin pada ekstrak bawang merah sehingga memacu pertumbuhan tinggi tanaman. Auksin alami banyak terdapat di dalam kandungan bawang merah (Manurung et al., 2021).
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Perlakuan pemberian air kelapa dengan dosis 100% menunjukkan perlakuan yang paling efektif dalam pertumbuhan tanaman sawi. Meskipun dosis 25% menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi khususnya pada jumlah dan panjang daun, serta diameter batang. Akan tetapi, dosis 100% menunjukkan selisih yang tidak terlalu jauh dalam parameter tersebut. Selain itu, dalam parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, dosis air kelapa 100% menunjukkan angka yang lebih tinggi dengan selisih yang cukup tinggi dibandingkan dengan dosis 25%. Sedangkan, perlakuan pemberian perasan air bawang dengan dosis 75% menunjukkan perlakuan yang paling efektif dalam pertumbuhan tanaman sawi dalam semua parameter pengamatan kecuali jumlah daun
5.2 Saran
Perlakuan pemberian air kelapa dengan dosis 100% menunjukkan perlakuan yang paling efektif dalam pertumbuhan tanaman sawi. Meskipun dosis 25% menunjukkan pertumbuhan yang lebih tinggi khususnya pada jumlah dan panjang daun, serta diameter batang. Akan tetapi, dosis 100% menunjukkan selisih yang tidak terlalu jauh dalam parameter tersebut. Selain itu, dalam parameter tinggi tanaman dan jumlah daun, dosis air kelapa 100% menunjukkan angka yang lebih tinggi dengan selisih yang cukup tinggi dibandingkan dengan dosis 25%. Sedangkan, perlakuan pemberian perasan air bawang dengan dosis 75% menunjukkan perlakuan yang paling efektif dalam pertumbuhan tanaman sawi dalam semua parameter pengamatan kecuali jumlah daun
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, E., Yusoff, A. M., & Rasyad, A. (2016). Pengaruh etilen terhadap daun pada empat varietas cabai (Capsicum annuum l.) Di lingkungan dan kondisi iklim Kabupaten Rokanhulu. Jurnal Sungkai, 4(2).
Cokrowati, N., & Diniarti, N. (2019). Komponen Sargassum aquifolium sebagai hormon pemicu tumbuh untuk Eucheuma cottonii. Jurnal Biologi Tropis, 19(2).
Indriawati, N., Damhuri, & Ede, S. G. (2021). Pengaruh pemberian air kelapa terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau (Brassica juncea L.). Jurnal Alumni Pendidikan Biologi, (1).
Irvan, A., & Andriana, A. Pengaruh zat pengatur tumbuh (ZPT) daminozid dan giberelin terhadap pertumbuhan dan pembungaan padi pandanwangi. Agroscience, 7(2).
Jinus, Prihastanti, E., & Haryanti, S. (2012). Pengaruh zat pengatur tumbuhan (ZPT) root-up dan super GA” terhadap pertumbuhan akar stek tanaman jabon (Antochepalus cadamba Miq). Jurnal Sains dan Matematika, 20(2).
Manurung, E. F., Idham, & Nuraeni. (2021). Pengaruh pemberian ekstrak bawang merah terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakcoy (Brassica chinensis L.). e-J. Agrotekbis, 9(5).
Mutryarny, E., & Lidar, S. (2018). Respon tanaman pakcoy (Brassica rapa L) akibat pemberian zat pengatur tumbuh hormonik. Jurnal Ilmiah Pertanian, 14(2).
Putro, D. S. S., Talkah, A., & Helilustiatiningsih, N. (2021). Pengaruh macam zpt alami dan lama perendaman terhadap pertumbuhan awal benih semangka (Citrullus lanatus) kadaluarsa varietas hibrida F1 (REDIN). Jurnal Tropicorps, 4(1).
Rahayu, A. A. D., & Riendriasari, S. D. (2016). Pengaruh beberapa jenis zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek batang bidara laut (Strychnos ligustrina Bl.). Jurnal Pembenihan Tanaman Hutan, 4(1).
Ramadan, V. R., Kendarini, N., & Ashari, S. (2016). Kajian pemberian zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan stek tanaman buah naga (Hylocereus costaricensis). Jurnal Produksi Tanaman, 4(3).
Wahyuningtyas, B., Sitawati, & Aini, N. (2017). Pengaruh jenis zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan 3 varietas anggur (Vitis vinifera L.) hasil stek cabang. Jurnal Produksi Tanaman, 5(6).
Warohmah, M., Karyanto, A., & Rugayah. (2018). Pengaruh pemberian dua jenis zat pengatur tumbuh alami terhadap pertumbuhan seedling manggis (Garcinia mangostana L). Jurnal Agrotek Tropika, 6(1).