Daftar Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan:
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Respirasi Tumbuhan
Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Pengaruh Status Kadar Air Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kandungan air kapasitas lapang merupakan persentase kandungan air yang ditahan oleh tanah pada retensi 0,1 hingga 0,5 atm. Kandungan air pada kapasitas lapang dipengaruhi oleh tekstur tanah dan beberapa karakteristik lainnya. Tekstur tanah berhubungan dengan total pori tanah sehingga dapat mempengaruhi total air tersedia bagi tanaman (Darmayanti dan Sutikto, 2019). Pada dasarnya, kapasitas lapang yang sesuai menjamin terpenuhinya kandungan air pada tanah agar cukup untuk digunakan oleh tanaman untuk tumbuh.
Menurut Darmawan et al., (2015) media tanam yang baik untuk tanaman harus menyediakan faktor-faktor utama untuk pertumbuhan tanaman, yaitu unsur hara, air, dan udara dengan fungsinya sebagai media tunjangan mekanik akar dan suhu tanah. Semua faktor tersebut harus seimbang agar pertumbuhan tanaman baik dan berkelanjutan. Kondisi tanah yang tidak sesuai bagi pertumbuhan tanaman akan menyebabkan penurunan produksi tanaman yang merupakan salah satu produk pangan yang paling dibutuhkan guna pemenuhan zat gizi.
Zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang memenuhi syarat empat sehat lima sempurna. Dalam susunan menu tersebut sayuran merupakan salah satu komponen yang tidak dapat ditinggalkan. Itulah sebabnya manusia berusaha menanam berbagai jenis sayuran untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Di antara bermacam-macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan, sawi merupakan jenis sayuran yang mempunyai nilai komersial dan prospek yang cukup baik (Aidah et al., 2020).
Pentingnya peran tumbuhan dalam kehidupan manusia telah tertulis dalam firman Allah Al-Quran surah Surah Abasa Ayat 24–32 yang artinya:
“Maka hendaklah manusia itu memerhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah Bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di Bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, zaitun dan kurma, kebun kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu”
Ayat tersebut menyatakan bahwa Allah menciptakan tumbuh tumbuhan yang bermanfaat untuk manusia sebagai bahan konsumsi. Oleh karena itu, penting untuk mengkaji terkait dengan pengaruh status kadar air tanah terhadap pertumbuhan tanaman sehingga didapatkan kondisi yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu, diharapkan dengan adanya praktikum ini merupakan wujud kita dalam mengkaji dan mempelajari ciptaan-Nya serta dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari praktikum ini yaitu:
- Bagaimanakah menentukan kadar air kapasitas lapang tanah?
- Bagaimanakah pengaruh status kadar air tanah terhadap pertumbuhan tanaman?
1.3 Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini yaitu:
- Untuk menentukan kadar air kapasitas lapang tanah.
- Untuk mengetahui pengaruh status kadar air tanah terhadap pertumbuhan tanaman.
1.4 Manfaat Praktikum
Manfaat dari praktikum ini yaitu:
- Dapat menentukan kadar air kapasitas lapang tanah.
- Dapat mengetahui pengaruh status kadar air tanah terhadap pertumbuhan tanaman.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kadar Air Kapasitas Lapang
Air merupakan salah satu komponen penting bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air yang diserap tanaman adalah air yang berada pada pori-pori tanah. Setiap jenis tanah memiliki distribusi dan ukuran pori yang berbeda-beda, yang akan mempengaruhi ketersediaan air di dalam tanah. Tekstur tanah sangat mempengaruhi kemampuan tanah dalam memegang air. Tanah bertekstur liat memiliki kemampuan yang lebih besar dalam memegang air daripada tanah bertekstur pasir hal ini terkait dengan luas permukaan adsorptifnya. Semakin halus teksturnya akan semakin besar kapasitas menyimpan airnya (Haridjaja et al., 2013).
Peningkatan jumlah ruang pori dapat menyebabkan peningkatan kadar air kapasitas lapang. Peningkatan kadar air kapasitas lapang berarti peningkatan air tersedia bagi tanaman (Sulistyono dan Abdillah, 2017). Secara umum, kadar air kapasitas lapang didefinisikan sebagai kadar air tanah di lapang pada saat air drainase sudah berhenti atau hampir berhenti mengalir karena adanya gaya gravitasi setelah sebelumnya tanah tersebut mengalami jenuh sempurna (Haridjaja et al., 2013).
2.2 Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.)
Sawi merupakan tanaman semusim. Sawi juga merupakan salah satu komoditas tanaman hortikultura dari jenis sayur sayuran yang dimanfaatkan daun-daun yang masih muda. Selain disukai karena rasanya yang segar dan enak, tanaman ini juga kaya akan kandungan vitamin A, vitamin B, dan sedikit vitamin C. Di antara bermacam-macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan, sawi merupakan jenis sayuran yang mempunyai nilai komersial dan prospek yang cukup baik (Aidah et al., 2020).
Syarat tumbuh sawi menurut Aidah et al. (2020) yaitu:
- Kondisi tanah, tanaman sawi dapat tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi. Tanah yang cocok ditanami sawi hijau adalah tanah yang gembur, mengandung humus dan subur.
- Iklim, kondisi iklim yang dikehendaki untuk pertumbuhan tanaman sawi adalah daerah yang mempunyai suhu malam hari 15,6°C dan siang harinya 21,1°C serta penyinaran matahari antara 10-13 jam per hari.
- Kelembapan udara, kelembapan udara yang sesuai untuk pertumbuhan sawi hijau yang optimal berkisar antara 80-90%. Tanaman sawi hijau tergolong tahan terhadap hujan.
2.3 Klasifikasi Sawi Hijau (Brassica juncea L.)
Klasifikasi tanaman sawi hijau yaitu sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
(Montolalu, 2011)
Divisi : Spermatophyta.
Subdivisi : Angiospermae.
Kelas : Dicotyledonae.
Ordo : Rhoeadales (Brassicales).
Famili : Cruciferae (Brassicaceae).
Genus : Brassica.
Spesies : B. juncea L.
2.4 Faktor Pertumbuhan Tanaman
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman terdiri atas faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang terdapat pada benih atau tanaman itu sendiri. Faktor eksternal merupakan faktor yang terdapat di luar benih atau tanaman (Putra dan Edwin, 2017). Salah satu yang mempengaruhi pertumbuhan diantaranya yaitu:
- Media tanam, Berbagai jenis media tanam dapat digunakan, tetapi pada prinsipnya menggunakan media tanam yang mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman. Penggunaan media yang tepat akan memberikan pertumbuhan yang maksimal bagi tanaman (Fahmi, 2014 dalam Putra dan Edwin, 2017). Hal ini dapat ditemukan pada tanah dengan tata udara yang baik, mempunyai agregat mantap, kemampuan menahan air yang baik dan ruang untuk perakaran yang cukup (Puslitkoka, 2011 dalam Darmawan et al., 2015).
- Air, Air adalah salah satu komponen fisik yang sangat penting dan diperlukan dalam jumlah banyak untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Sekitar 85-90 % dari bobot segar sel-sel dan jaringan tanaman tinggi adalah. Air berfungsi sebagai pelarut hara, penyusun protoplasma, bahan baku fotosintesis dan lain sebagainya. Mengingat pentingnya peran air tersebut, maka untuk tanaman yang mengalami kekurangan air dapat berakibat pada terganggunya proses metabolisme tanaman yang pada akhirnya berpengaruh pada laju pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Kurniawan et al., 2014). Kekurangan air akan menyebabkan tanaman menjadi kerdil, perkembangannya menjadi abnormal. Kekurangan yang terjadi terus menerus selama periode pertumbuhan akan menyebabkan tanaman tersebut menderita dan kemudian mati. Sedang tanda-tanda pertama yang terlihat ialah layunya daun-daun (Kurniawan et al., 2014).
- Intensitas cahaya, Cahaya sangat besar artinya bagi tumbuhan, terutama karena perannya dalam kegiatan fisiologis seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan serta pembungaan, pembukaan dan penutupan stomata, perkecambahan dan pertumbuhan tanaman. Penyinaran matahari mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan hasil tanaman melalui proses fotosintesis (Susilawati et al., 2016).
Proses pertumbuhan tanaman sangat dipengaruhi oleh lingkungan. Lingkungan merupakan faktor eksternal yang sangat mengganggu pertumbuhan tanaman apabila kondisi lingkungan tidak sesuai dengan sifat tumbuh tanaman. Kondisi lingkungan ini meliputi temperatur dan tekanan udara serta adanya mikroorganisme yang mengganggu tanaman (Ningsih, 2019).
BAB III METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2021 2021 pukul 15.00 WIB-selesai via Zoom Meeting dan di rumah praktikan.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
- Polybag ukuran diameter 15 cm (9 buah)
- Timbangan digital (1 buah)
- Gayung air (1 buah)
- Gelas ukur (1 buah)
- Penggaris (1 buah)
- Alat tulis (1 set)
- Alat dokumentasi (1 buah)
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
- Tanah (4.950 gram (550 gram/polybag))
- Air (Secukupnya)
- Pupuk NPK (3 gram)
- Bibit sawi hijau (Brassica juncea L.) (Secukupnya)
3.3 Langkah Kerja
3.3.1 Membuat dan Mengukur Kadar Air Kapasitas Lapang
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
- Diisi polybag dengan tanah sampai 2/3 penuh.
- Dilakukan penyiraman dengan air hingga jenuh.
- Dibuat lubang-lubang di bagian bawah polybag sebanyak-banyaknya.
- Dibiarkan air di dalam tanah menetes keluar melalui lubang-lubang bagian bawah polybag (polybag boleh digantung supaya air menetes dengan leluasa), dibiarkan hingga 12 jam.
- Diambil sampel tanah yang sudah ditiriskan tersebut sebanyak 100 gram dengan timbangan.
- Sampel tanah 100 gram tersebut lalu dioven dengan suhu 100°C selama 24 jam. (Bila tidak ada oven sebagai gantinya boleh dijemur di bawah terik matahari selama 2 hari berturut turut), kemudian ditimbang.
- Dihitung berapa kadar airnya dengan dihitung berapa penyusutan beratnya antara sebelum dan sesudah dikeringkan. Kadar air ini adalah kadar air tanah kapasitas lapang dari sampel tanah tersebut. (dicatat nilai kadar air kapasitas lapang ini untuk keperluan mengerjakan kegiatan no.2.
3.3.2 Pengaruh Status Kadar Air terhadap Pertumbuhan Tanaman
Langkah-langkah yang dilakukan yaitu:
- Disiapkan tanah kering, kurang lebih 20 kg untuk nantinya mengisi sembilan buah polybag.
- Dihamparkan tanah tersebut di bawah sinar matahari selama 2 hari (ini gantinya oven).
- Melalui cara kerja no. 1, Anda sudah tahu berapa kadar air kapasitas lapang tanah yang akan Anda buat. Sekarang dibuat 3 level kadar air tanah sebagai berikut:
- Kadar Air Kapasitas Lapang 100%. Misalkan kadar air kapasitas lapang yang Anda peroleh di kegiatan no. 1 adalah 45% maka diisi polybag Anda sebanyak 550 gram tanah kering tadi, lalu disiram dengan air 450 ml, sehingga berat tanah dan air tepat 1000 gram. (untuk kadar air kapasitas lapang yang berbeda, maka berat tanah per polybag-nya menyesuaikan).
- Kadar Air Kapasitas Lapang 75 %. Polybag Anda isi 550 gram tanah, lalu Anda siram dengan air sebanyak 75% dari 450 ml yaitu 337,5 ml, sehingga berat tanah dan air menjadi 887,5 gram.
- Kadar Air 50% Kapasitas Lapang. Polybag Anda isi 550 gram tanah, lalu disiram 50 % dari 450 ml yaitu 225 ml. Sehingga berat tanah dan air adalah 775 gram. (ingat ini adalah perbandingan jumlah tanah dan air bila kadar air kapasitas lapangnya 20 %, untuk kadar air kapasitas lapang yang berbeda maka berat tanah dan air per polybag nya harus menyesuaikan).
- Dibuat masing-masing level kadar air (a) (b) (c) dengan tiga ulangan.
- Dilakukan penanaman biji tanaman sawi.
- Diletakkan semua tanaman di bawah sinar matahari, tapi dihindarkan dari air hujan bila terjadi turun hujan, dengan memindahkan tanaman di teras rumah untuk sementara.
- Dilakukan pengontrolan berat polybag setiap hari dengan mempertahankan berat polybag sesuai dengan perlakuan. Bila terjadi penurunan berat, tambahkan air sebanyak berapa penurunan beratnya.
- Setelah umur satu minggu, boleh dipupuk dengan pupuk NPK 3 gram per polybag.
- Dilakukan pengukuran pertumbuhan setiap minggu dengan mengukur tinggi tanaman, jumlah daun, hingga umur 1 bulan 3 minggu (7 minggu).
- Dibuat kurva pertumbuhan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil pada praktikum ini ditunjukkan pada tabel dan kurva berikut:
Minggu I | Minggu II | Minggu III | Minggu IV | Minggu V | Minggu VI | Minggu VII | |
100% KKL | 8,6 | 9 | 10 | 11,8 | 13,2 | 14 | 18,2 |
75% KKL | 7,8 | 8,6 | 9 | 12,1 | 13,2 | 19,2 | 20,9 |
50% KKL | 6,7 | 9,8 | 13,1 | 15,7 | 18,2 | 23 | 23,7 |
Keterangan: Nilai pengamatan adalah rata-rata hasil pengamatan ulangan 1, 2, dan 3.
Minggu I | Minggu II | Minggu III | Minggu IV | Minggu V | Minggu VI | Minggu VII | |
100% KKL | 2 | 2 | 3 | 5 | 6 | 6 | 6 |
75% KKL | 2 | 2 | 4 | 5 | 6 | 6 | 7 |
50% KKL | 2 | 2 | 5 | 7 | 8 | 9 | 9 |
Keterangan: Nilai pengamatan adalah rata-rata hasil pengamatan ulangan 1,2, dan 3.

waktu ke waktu

waktu ke waktu

waktu ke waktu
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perlakuan 100% KKL
Pengamatan yang dilakukan selama tujuh minggu terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman sawi pada perlakuan 100% KKL menunjukkan peningkatan grafik yang paling kecil dibandingkan dengan perlakuan KKL lainnya. Hasil ini diperoleh berdasarkan nilai rata-rata dari tiga ulangan yang dilakukan. Pengamatan minggu pertama pada tinggi tanaman sawi yaitu 8,6 cm, kemudian pada akhir pengamatan mengalami peningkatan menjadi 18,2 cm. Pengamatan minggu pertama pada jumlah daun tanaman sawi yaitu sebanyak 2 helai, pada akhir pengamatan bertambah menjadi 6 helai.
Pengamatan minggu ke-6 menunjukkan peningkatan yang kecil baik pada tinggi tanaman maupun pada jumlah daun karena terjadi kematian pada dua ulangan. Sehingga, selanjutnya hanya satu ulangan yang dimasukkan ke dalam perhitungan. Dalam beberapa penelitian, dikatakan bahwa 100% KKL merupakan kondisi yang paling sesuai untuk pertumbuhan tanaman. Seperti dalam penelitian Laise et al. (2017) bahwa persentase kadar air terbaik untuk pertumbuhan tanaman yaitu pada100% kapasitas lapang. Akan tetapi, pada praktikum ini 100% KKL justru menunjukkan pertumbuhan yang paling terhambat. Hal tersebut diduga disebabkan oleh beberapa faktor lain.
Kematian pada 100% KKL ini diduga disebabkan oleh kekurangan faktor-faktor pertumbuhan tanaman seperti unsur hara maupun faktor cahaya dan pemberian air yang terlalu banyak (450 ml). Kekurangan unsur hara diduga menjadi salah satu faktor kematian tanaman sawi pada perlakuan ini karena tanaman menunjukkan gejala daun kekuningan dan batang yang kecil serta lemah, dibuktikan dengan batang yang mudah patah saat dipegang, serta lambatnya pertumbuhan pada tanaman sawi. Selain itu, pemberian tambahan pupuk kimia juga hanya dilakukan sekali selama tujuh minggu pengamatan.
Cahaya diduga menjadi salah satu faktor penyebab kematian tanaman sawi pada perlakuan 100% KKL dalam praktikum ini karena terdapat perbedaan penempatan polybag pada perlakuan ini. Polybag diletakkan berjejer dengan polybag perlakuan lainnya. Akan tetapi, area penempatan pada perlakuan ini kurang memperoleh intensitas cahaya matahari yang cukup. Menurut Susilawati et al. (2016) intensitas cahaya yang terlalu rendah akan menghasilkan produk fotosintesis yang tidak maksimal.
Pengaruh intensitas cahaya terhadap proses fisiologi akan terlihat pada keadaan morfologi tanaman (Susilawati et al., 2016). Intensitas cahaya yang optimal selama periode tumbuh penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tumbuhan yang tidak terkena cahaya tidak dapat membentuk klorofil sehingga daun menjadi pucat. Akan tetapi, jika intensitas cahaya terlalu tinggi, klorofil akan rusak (Ningsih, 2019).
Air juga diduga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kematian tanaman sawi pada perlakuan ini karena setelah disiram sebanyak 450 ml pada 550 gr tanah menyebabkan tanah sangat lembab dan cenderung becek. Setelah dilakukan penyiraman, air juga kurang memiliki jalan keluar yang baik karena tanah yang terlalu becek menyebabkan terhambatnya lubang sebagai jalan keluar air pada polybag. Menurut Nurjanaty et al. (2019) ketersediaan air bagi tanaman mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Cekaman kelebihan air dapat berakibat buruk karena akan mengganggu proses-proses metabolisme dalam tubuh tanaman.
4.2.2 Perlakuan 75% KKL
Pengamatan yang dilakukan selama tujuh minggu terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman sawi pada perlakuan 75% KKL menunjukkan peningkatan grafik yang cukup signifikan. Hasil ini diperoleh berdasarkan nilai rata-rata dari tiga ulangan yang dilakukan. Pengamatan minggu pertama pada tinggi tanaman sawi yaitu 7,8 cm, kemudian pada akhir pengamatan mengalami peningkatan menjadi 20,9 cm. Pengamatan minggu pertama pada jumlah daun tanaman sawi yaitu sebanyak 2 helai, pada akhir pengamatan bertambah menjadi 7 helai.
Perlakuan ini tidak menunjukkan adanya kematian pada tanaman karena posisi polybag memperoleh intensitas cahaya matahari yang cukup. Selain itu, sirkulasi keluaran air sudah cukup baik sehingga tanah tidak terlalu becek apabila dilakukan penyiraman dibandingkan dengan perlakuan 100% KKL. Akan tetapi, tanaman sawi masih menunjukkan gejala batang yang lemah dan mudah patah, daun kekuningan, serta pertumbuhan yang lambat. Hal ini diduga disebabkan oleh kekurangan unsur hara akibat pemberian NPK hanya dilakukan sebanyak satu kali dengan dosis yang tidak terlalu banyak. Menurut Nurjanaty et al. (2019) tanaman yang mengalami cekaman memerlukan unsur lain dalam proses mendukung pertumbuhan, salah satunya dengan cara pemupukan. Pemupukan dapat dilakukan melalui tanah dan atau melalui daun dengan cara penyemprotan secara langsung pada daun.
4.2.3 Perlakuan 50% KKL
Pengamatan yang dilakukan selama tujuh minggu terhadap tinggi dan jumlah daun tanaman sawi pada perlakuan 50% KKL menunjukkan peningkatan grafik yang paling signifikan. Hasil ini diperoleh berdasarkan nilai rata-rata dari tiga ulangan yang dilakukan. Pengamatan minggu pertama pada tinggi tanaman sawi yaitu 6,7 cm kemudian pada akhir pengamatan mengalami peningkatan menjadi 23,7 cm. Pengamatan minggu pertama pada jumlah daun tanaman sawi yaitu sebanyak 2 helai, pada akhir pengamatan bertambah menjadi 9 helai.
Perlakuan ini tidak menunjukkan adanya kematian pada tanaman karena posisi polybag memperoleh intensitas cahaya matahari yang paling baik. Selain itu, sirkulasi keluaran air sudah baik sehingga tanah tidak becek apabila dilakukan penyiraman dibandingkan dengan perlakuan 75%KKL dan 100% KKL. Tanaman sawi juga kurang menunjukkan gejala pertumbuhan yang lambat seperti perlakuan sebelumnya. Akan tetapi, masih ditemukan batang yang lemah dan mudah patah. Dalam beberapa penelitian, dikatakan bahwa pertumbuhan 50% KKL menunjukkan pertumbuhan yang sama baiknya dengan 100% KKL. Seperti penelitian yang diungkapkan oleh Rukmini (2017) dalam Nurwito (2021) bahwa kadar air siraman 50 persen dari kapasitas lapang memberikan pertumbuhan sama dengan penyiraman 100 persen kapasitas lapang.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam praktikum ini yaitu:
- Menentukan kadar air kapasitas lapang dilakukan dengan terlebih dahulu menghitung berapa kadar air dengan cara mengurangkan berapa penyusutan berat tanah sampel antara sebelum dan sesudah dikeringkan. air kapasitas lapang yang diperoleh adalah 45% oleh karena itu, digunakan sebanyak 550 gr tanah pada setiap perlakuan. 100 KKL disiram dengan 450 ml air, 75% KKL disiram dengan 337,5 ml air, dan 50% KKL disiram dengan 225 ml air.
- Pengaruh status kadar air tanah terhadap pertumbuhan tanaman sawi hijau yaitu kondisi 100% KKL menunjukkan pertumbuhan tinggi maupun jumlah daun yang paling kecil. Hal ini diduga disebabkan oleh perbedaan intensitas cahaya matahari, sirkulasi air yang buruk pada polybag, serta kurangnya unsur hara. Kemudian, disusul oleh 75% KKL dan pertumbuhan tinggi maupun jumlah daun yang paling baik diperoleh pada kondisi 50% KKL.
5.2 Saran
Saran berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu kegiatan pengukuran kadar air kapasitas lapang harus dilakukan dengan sebaik mungkin, lama penjemuran juga harus memperhatikan cuaca. Cuaca yang terlalu panas dengan waktu penjemuran yang lama akan menyebabkan penurunan kadar air yang sangat drastis. Sehingga berpengaruh terhadap kegiatan selanjutnya. Oleh karena itu, perhatian lebih terhadap kegiatan tersebut diharapkan dapat meminimalisir kesalahan pada kegiatan berikutnya yaitu pengamatan kadar air kapasitas lapang. Diusahakan juga agar setiap polybag memperoleh intensitas cahaya matahari yang sama.
DAFTAR PUSTAKA
Sulistyono, E., & Abdillah, R. (2017). Kadar air kapasitas lapang dan bobot jenis tanah yang optimal untuk pertumbuhan dan produksi Umbi Uwi (Dioscorea alata L). AGROVIGOR, 10(1).
Haridjaja, O., Baskoro, D. P. T., & Setianingsih, M. (2013). Perbedaan nilai kadar air kapasitas lapang berdasarkan metode alhricks, drainase bebas, dan pressure plate pada berbagai tekstur tanah dan hubungannya dengan pertumbuhan bunga matahari (Helianthus annuus L.). Jurnal Tanah Lingk, 15(2).
Tim Penerbit KBM, & Aidah, S. N. (2020). Ensiklopedia sawi: deskripsi, filosofi, manfaat, budidaya, dan peluang bisnisnya. Penerbit Karya Bakti Makmur (KBM) Indonesia.
Montolalu, I. (2011). Respon pertumbuhan dan produksi sawi hijau (Brassica Juncea L.) terhadap pemberian Em-4. Jurnal Ilmiah Unklab, 15(1).
Putra, M. P., & Edwin, M. (2017). Kombinasi pengaruh media tanam akar pakis dan arang sekam terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit Eucalyptus pellital Muell. Jurnal Pertanian Terpadu, 5(2).
Darmawan, Yusuf, M., & Syahruddin, I. (2015). Pengaruh berbagai media tanam terhadap pertumbuhan bibit tanaman kakao (Theobroma cacao L). AgroPlantae, 4(1).
Darmayanti, F. D., & Sutikto, T. (2019). Estimasi total air tersedia bagi tanaman pada berbagai tekstur tanah menggunakan metode pengukuran kandungan air jenuh. Berkala Ilmiah Pertanian, 2(4).
Kurniawan, B. A., Fajriani, S., & Ariffin. (2014). Pengaruh jumlah pemberian air terhadap respon pertumbuhan dan hasil tanaman tembakau (Nicotiana tabaccum L.). Jurnal Produksi Tanaman, 2(1).
Nurjanaty, N., Linda, R., & Mukarlina. (2019). Pengaruh cekaman air dan pemberian pupuk daun terhadap pertumbuhan tanaman sawi (Brassica juncea L.). Protobiont, 8(3).
Susilawati, Wardah, & Irmasari. (2016). Pengaruh berbagai intensitas cahaya terhadap pertumbuhan semai cempaka (Michelia champaca L.) di persemaian. J. ForestSains, 14(1).
Ningsih, R. S. M. (2019). Pengaruh intensitas cahaya terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman kacang merah. Jurnal Agroswagati, 7(1).
Laise, R. A., Mestawaty., & Tangge, L. (2017). Respon pertumbuhan tanaman cabai (Capsicum frutescens l.) Terhadap cekaman air untuk pemanfaatannya sebagai media pembelajaran. e-JIP BIOL, 5(1). http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/EBiol/article/view/9373