
Seorang anak pasti memiliki kemiripan dengan orang tuanya, baik itu dari sifat, wajah, bibir, kesukaan, atau hal-hal lainnya. Hal ini berkaitan dengan pola pewarisan sifat. Salah satu manfaat dari pewarisan sifat ini adalah pembiakan selektif dan pengembangan bibit unggul.
Namun sebelum memahami tentang pewarisan sifat pada hukum Mendel, mari kita ketahui istilah genotipe, fenotipe, dan alel.
Daftar Isi
Pengertian Genotipe, Fenotipe, dan Alel
1. Genotipe
Genotipe adalah sifat tidak tampak yang ditentukan oleh pasangan gen dalam individu. Genotipe dituliskan dengan sebuah huruf. Untuk genotipe yang bersifat dominan dituliskan dengan huruf kapital, dan untuk genotipe yang bersifat resesif dituliskan dengan huruf kecil.
Sebagai contoh, suatu semangka tanpa biji dominan dilambangkan dengan BB.
Maka genotipenya adalah “BB” yang bersifat dominan karena dituliskan dengan huruf kapital.
2. Fenotipe
Fenotipe adalah sifat keturunan yang dapat diamati. Umumnya langsung dideskripsikan.
Sebagai contoh, suatu semangka tanpa biji dominan dilambangkan dengan BB.
Maka fenotipenya adalah “tanpa biji”.
3. Alel
Alel adalah versi alternatif lain dari suatu gen/sifat. Satu organisme umumnya memiliki 2 alel / sepasang alel.
Sebagai contoh, suatu tanaman berbunga merah homozigot dominan dengan genotipe MM.
Maka, tanaman ini memiliki alel “M” dan alel “M” yang keduanya mewariskan sifat “berbunga merah” dominan.
Sebagai contoh lain, suatu tanaman berbunga merah heterozigot dengan genotipe Mm.
Maka, tanaman ini memiliki alel “M” yang mewariskan sifat “berbunga merah” dominan, serta alel “m” yang mewariskan sifat “berbunga putih” resesif. Karena alel yang dominan adalah berbunga merah, maka tanaman akan tumbuh berbunga merah.
Namun, perlu diingat bahwa gabungan dua alel yang berbeda dapat menciptakan fenotipe baru misalnya pada contoh tanaman di atas, tanaman genotipe Mm dapat tumbuh berbunga merah muda.
Hukum Mendel
Hukum Mendel adalah hukum mengenai pola pewarisan sifat pada organisme yang dijabarkan oleh Gregeor Johann Mendel (1822-1844).
1. Hukum Mendel 1
Hukum Mendel 1 juga disebut dengan hukum Segregasi Gen. Singkatnya, hukum Mendel 1 dinyatakan sebagai berikut.
Pada pembentukan gamet, pasangan-pasangan gen sealel saling berpisah.
Pemisahan gen ini terjadi selama proses meiosis berlangsung. Jadi dalam setiap gamet hanya terdapat 1 set kromosom.
Perhatikan contoh persilangan monoibrid berikut. (monohibrid = persilangan dengan satu sifat beda).
Seorang peneliti melakukan persilangan antara tanaman ercis berbiji bulat (homozigot dominan) dengan tanaman kacang ercis berbiji keriput (homozigot resesif).
P (Parental) | : | BB (biji bulat) | >< | bb (biji keriput) |
Gamet | : | B | b | |
F1 (Fillal) | : | Bb (biji bulat) | ||
F1 >< F1 | : | Bb | >< | Bb |
Gamet | : | B b | B b |
Dengan genotipe F2-nya yaitu:
B | b | |
B | BB (bulat) | Bb (bulat) |
b | Bb (bulat) | bb (keriput) |
Maka, induk yang memiliki pasangan alel BB dan bb jika disilangkan akan menghasilkan keturunan kedua sebagai berikut.
F2 = BB : Bb : Bb : bb
Perbandingan genotipe F2
BB : Bb : bb
1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2
biji bulat : biji keriput
3 : 1

Contoh lainnya, jika tanaman bunga pukul empat berwarna merah (homozigot dominan) disilangkan dengan bunga pukul empat berwarna putih (homozigot resesif) maka akan didapati hasil sebagai berikut.
P (Parental) | : | MM (merah) | >< | mm (putih) |
Gamet | : | M | m | |
F1 (Fillal) | : | Mm (merah muda) | ||
F1 >< F1 | : | Mm | >< | Mm |
Gamet | : | M m | M m |
Dengan genotipe F2-nya yaitu:
M | m | |
M | MM (merah) | Mm (merah muda) |
m | Mm (merah muda) | mm (putih) |
Maka, induk yang memiliki pasangan alel MM dan mm jika disilangkan akan menghasilkan keturunan kedua sebagai berikut.
F2 = MM : Mm : Mm : mm
Perbandingan genotipe F2
MM : Mm : mm
1 : 2 : 1
Perbandingan fenotipe F2
merah : merah muda : putih
1: 2 : 1
Persilangan monohibrid akan menghasilkan rasio fenotipe 1 : 2 : 1
2. Hukum Mendel 2
Hukum Mendel 1 juga disebut dengan hukum Asortasi/hukum Berpasangan secara Bebas. Singkatnya, hukum Mendel 2 dinyatakan sebagai berikut.
Setiap gen dapat berpasangan secara bebas dengan gen lain.
Artinya, setiap gen dan alel memiliki peluang sama untuk dapat berpasangan dengan gen dan alel lain.
Perhatikan contoh persilangan dihibrid berikut. (dihibrid = persilangan dengan dua sifat beda).
Suatu tanaman kacang ercis berbiji bulat-kuning disilangkan dengan tanaman kacang ercis berbiji keriput-hijau.
P (Parental) | : | BBKK (bulat-kuning) | >< | bbkk (keriput-hijau) |
Gamet | : | BK | bk | |
F1 (Fillal) | : | BbKk (bulat-kuning) | ||
F1 >< F1 | : | BbKk (bulat-kuning) | >< | BbKk (bulat-kuning) |
Gamet | : | BK Bk bK bk | BK Bk bK bk |
Gamet-gamet tersebut berpasangan secara bebas sehingga membentuk F2 sebagai berikut.
BK | Bk | bK | bk | |
BK | BBKK (bulat-kuning) | BBKk (bulat-kuning) | BbKK (bulat-kuning) | BbKk (bulat-kuning) |
Bk | BBKk (bulat-kuning) | BBkk (bulat-hijau) | BbKk (bulat-kuning) | Bbkk (bulat-hijau) |
bK | BbKK (bulat-kuning) | BbKk (bulat-kuning) | bbKK (keriput-kuning) | bbKk (keriput-kuning) |
bk | BbKk (bulat-kuning) | Bbkk (bulat-hijau) | bbKk (keriput-kuning) | bbkk (keriput-hijau) |
Maka, induk yang memiliki genotipe BBKK dan bbkk jika disilangkan akan menghasilkan keturunan kedua sebagai berikut.
Jumlah genotipe F2
BBKK = 1
BBkk = 1
BBKk = 2
BbKK = 2
BbKk = 4
Bbkk = 2
bbKk = 2
bbKK = 1
bbkk = 1
Jumlah fenotipe F2
Bulat-kuning = 9
Bulat-hijau = 3
Keriput-kuning = 3
Keriput-hijau = 1
Persilangan dihibrid akan menghasilkan rasio fenotipe 9 : 3 : 3 : 1
