Laporan Praktikum Kimia Dasar Sifat-Sifat Unsur

Laporan Praktikum Kimia Dasar Pemisahan dan Pemurnian

Laporan Praktikum Kimia Dasar Pembuatan Larutan

Laporan Praktikum Kimia Dasar Kromatografi

Laporan Praktikum Kimia Dasar Stoikiometri

Laporan Praktikum Kimia Dasar Laju Reaksi

Laporan Praktikum Kimia Dasar Sifat-Sifat Unsur

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Unsur-unsur alkali dalam sistem periodik merupakan golongan IA yang meliputi Litium, Natrium, Kalium, Rubidium, Sesium, dan Fransium. Yang paling banyak terdapat di alam adalah Natrium dan Kalium, masing-masing menempati peringkat ke-6 dan ke-7 sebagai atom terbanyak pada kulit bumi. Yang paling sedikit dijumpai adalah Fransium, sebab bersifat radioaktif sehingga mudah berubah menjadi unsur lain.

Unsur-unsur alkali tanah (golongan IIA) terdiri dari Berilium, Magnesium, Kalsium, Stronsium, Barium, dan Radium. Yang terbanyak di alam adalah kalsium dan magnesium, yang menempati peringkat ke-5 dan ke-8 pada kulit bumi. Adapun radium yang bersifat radioaktif merupakan unsur alkali tanah yang paling sedikit didapatkan.

Dari pemaparan di atas mengenai golongan unsur-unsur golongan IA dan golongan IIA, tentunya kita masih menerka-nerka mengenai bagaimana sifat-sifat yang dapat ditunjukkan dari masing-masing unsur dari golongan alkali (I A) alkali tanah (II A). Melalui percobaan sifat-sifat unsur ini kita akan dapat mengetahui apa yang menjadi ciri khas dari setiap unsur sehingga kita dapat membedakannya, dan sekaligus kita dapat mengetahui dan mendapatkan informasi tentang beberapa sifat-sifat kimia maupun sifat-sifat fisika dari unsur-unsur tersebut dalam skala kecil alias laboratorium.

Oleh karena itu, praktikum ini perlu dilakukan untuk mengetahui perbedaan reaktivitas Kalium dan Magnesium, mengetahui sifat kelarutan golongan IIA, dan mengetahui pengaruh periode terhadap kereaktifan unsur agar selanjutnya praktikan dan pembaca dapat memanfaatkan dengan maksimal unsur golongan IA dan IIA di dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan

  1. Untuk mengetahui fungsi dari indikator fenolfatalein.
  2. Untuk mengetahui sifat kelarutan golongan IIA pada garam sulfat dan garam hidroksida.
  3. Untuk mengetahui pengaruh periode terhadap kereaktifan unsur.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem periodik adalah susunan berkala yang menggambarkan suatu letak, keadaan, periodik dan golongan dari unsur-unsur kimia. Sistem periodic disusun berdasarkan kenaikan atom (jumlah proton atom muatan inti). Sistem periodic dibagi menjadi periode, yaitu unsur-unsur yang terletak dalam baris yang horizontal (mendatar) dan golongan yaitu unsur-unsur yang terletak dalam kolom vertikal (Basri, 2003).

Nilai ksp berguna untuk menentukan keadaan senyawa ion dalam larutan apakah belum jenuh, tepat jenuh, atau lewat jenuh, yaitu dengan menawarkan digunakan hasil kali ion dengan hasil kali kelarutan. Keterkaitan adalah sebagai berikut, apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan dan koefisien masing-masing kurang dari nilai ksp maka larutan belum jenuh dan tidak terjadi endapan. Apabila hasil kali ion-ion yang dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai ksp maka kelarutannya tepat jenuh namun tidak terjadi endapan. Apabila hasil kali ion-ion dipangkatkan koefisiennya lebih dari nilai ksp, maka larutan disebut lewat jenuh dan terbentuk endapan (Syukri, 1999).

Kelarutan sama dengan kuantitas maksimal suatu zat kimia terlarut (solute) untuk dapat larutan pada pelarut tertentu membentuk larutan homogen, kelarutan suatu zat pada dasarnya sangat bergantung pada sifat fisik dan kimia solute dan pelarut pada suhu tekanan dan pH larutan. Secara luas kelarutan suatu zat pada pelarut tertentu merupakan suatu pengukuran konsentrasi, kejenuhan dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit solute pada pelarut sampai solute terlarut mengendap (Anonim, 2013).

Logam-logam alkali memiliki beberapa sifat yaitu lunak, boleh mengikat dan boleh dipotong. Jika logam-logam tersebut di udara terbuka maka pemuaiannya akan menjadi kusam, karena logam-logam mudah bereaksi dengan air dan oksigen, dan biasanya disimpan dalam minyak tanah. Logam-logam alkali tanah mudah dipotong dan tampak mengikat jika dipotong serta cepat rusak jika di udara, reaktivitasnya terhadap air berbeda-beda. Unsur-unsur logam alkali dibuat dengan jalan elektrolisis cairan garamnya, misalnya natrium diperoleh dengan cara elektrolisis lelehan NaCldengan pemisahan CaCl2 untuk menurunkan titik leleh CaCl2 (Petrucci, 1987).


Salah satu hal yang harus disadari bahwa setiap unsur memiliki sifat yang khas berbeda dan unsur lainnya. Pengelompokan unsur dalam satu golongan dapat dibandingkan dengan pengelompokan makhluk hidup. Kesimpulan sifat diantara unsur-unsur segolongan pada beberapa golongan, golongan I (logam alkali), golongan IIA (logam alkali tanah), dan golongan IIIA (Sukartono, 1983).

Sifat fisik logam alkali, yaitu secara umum logam alkali ditemukan dalam bentuk padat, kecuali cesium yang berbentuk cair. Logam alkali memiliki warna nyala logam. Pada alkali sangat lunak, termasuk konduktor sangat baik (Sukartono, 1983).

Sifat logam alkali, yaitu ketika bereaksi air alkana menghasilkan gas hidrogen dan logam hidroksida, logam hidroksida yang dihasilkan merupakan basa kuat, reaksi yang dihasilkan merupakan reaksi elektron, reaksi dengan hidrogen akan membentuk senyawa hibrida yang memiliki bilangan oksidasi -1 (Sukartono, 1983).

Sifat-sifat logam alkali tanah, yaitu memiliki konfigurasi , merupakan reduktor kuat, relatif lunak walaupun lebih keras dari golongan IA, memiliki kerapatan dan titik yang lebih tinggi, keelektronegatifan golongan ini relatif lebih rendah (Keenan, 1984).

Sifat kimia golongan logam alkali tanah, yaitu naftrilium merupakan konduktor terkuat, klorin merupakan oksidator terkuat sangat reaktif sehingga mudah terbakar oleh oksigen, mudah bereaksi dengan asam, membentuk garam dan gas hidrogen, dapat bereaksi langsung dengan halogen (Keenan, 1984).

Larutan H2SO4 memiliki sifat fisik, yaitu berbentuk larutan padat yang memiliki titik lebur 10°C, berbentuk larutan cair seperti minyak maupun cairan kering dan terdapat unsur zat warna. Larutan H2SO4 memiliki sifat kimia, yaitu mudah bereaksi dengan zat lain, berat asam kuat dan dapat memanaskan garam, proses reaksi berupa substansi. Larutan NaOH memiliki sifat fisik, yaitu mudah terlarut dalam air, memiliki pH 1, memiliki massa jenis 40 gram/mol. Larutan NaOH memiliki sifat kimia, yaitu memiliki warna putih dapat menyerap CO2 pada ruangan, membentuk basa kuat jika larut dalam air (Syukri, 1999).


Harga hasil kali kelarutan (ksp) yaitu senyawa yang sukar larut dapat memberikan informasi tentang kelarutan senyawa dalam air. Semakin besar harga ksp suatu zat, maka semakin mudah zat tersebut terlarut. Harga ksp suatu zat dapat digunakan untuk menentukan terjadi atau tidaknya endapan suatu zat jika dua larutan mengandung ion-ion dari senyawa sukar larut dicampur untuk mengetahui terjadi atau tidaknya suatu endapan AxBx. jika larutan yang mengandung Ay+ dan Bx- digunakan konsep hasil kali ion (ksp) berikut ini:

  • Ksp AxBx = [Ay+]x[Bx-]y
  • Jika hasil ksp > Q, tidak mengendap
  • Jika hasil ksp < Q, mengendap
  • Jika hasil ksp = Q, jenuh
  • Jadi dalam meramaikan suatu endapan yang digunakan adalah ketiga sifat tersebut.

(Sudarmo, 2004).

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Alat dan bahan

3.1.1 Alat-alat

  • Rak tabung reaksi
  • Tabung reaksi
  • Penjepit tabung reaksi
  • Bunsen
  • Gelas kimia 100mL
  • Pipet tetes
  • Korek api
  • Spatula
  • Botol semptro
  • Lampu spiritus

3.1.2 Bahan-bahan

  • Serbuk Mg
  • Indikator
  • Larutan MgSO4 0,5 M
  • Larutan CaCl2 0,5 M
  • Larutan SrCl2 0,5 M
  • Larutan BaCl2 0,5 M
  • Larutan H2SO4 0,5 M
  • Larutan NaOH 0,5 M
  • Kertas saring
  • Aquades

3.2 Prosedur Percobaan

3.2.1 Uji kereaktifan logam Magnesium (golongan IIA)

  1. Disiapkan tabung reaksi yang berisi 2 Ml air dan ditambahkan 12 indikator PP
  2. Dimasukkan serbuk logam Mg ke dalam tabung reaksi diamati reaksi yang terjadi (ditandai dengan adanya gelembung gelembung gas)
  3. Dipanaskan tabung reaksi, diatur nyala api bunsen, di catat perubahan yang terjadi

3.2.2 Uji kelarutan garam sulfat

  1. Disiapkan 4 tabung reaksi
  2. Diisi masing-masing tabung reaksi berturut-turut dengan MgSO4 CaCl2 SrCl2 BaCl2 dengan volume masing-masing 1 mL
  3. Ditambahkan 1 Ml larutan H2SO4 0,5 M ke dalam masing-masing tabung reaksi
  4. Diperhatikan dan catat perubahan yang terjadi kemudian bandingkan perubahan yang terjadi pada tiap-tiap tabung reaksi

3.2.3 Uji kelarutan garam hidroksida

  1. Disiapkan 4 tabung reaksi
  2. Diisi masing-masing tabung reaksi berturut-turut dengan MgSO4 CaCl2 SrCl2 BaCl2 dengan volume masing-masing 1 mL
  3. Ditambahkan 1 Ml larutan NaOH 0,5 M ke dalam masing-masing tabung reaksi
  4. Diperhatikan dan dicatat perubahan yang terjadi kemudian dibandingkan perubahan yang terjadi pada tiap-tiap tabung reaksi

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan

4.1.1 Reaktifitas Unsur

Tabel 4.1.1 Reaktifitas Unsur

Unsur+aquades & indikator PPDipanaskanPengamatan
MgMerah lembayungBerubah menjadi lebih mudaWarna berubah menjadi memudar dan memuda

4.1.2 Kelarutan Garam Sulfat

Tabel 4.1.2 Kelarutan Garam Sulfat

Larutan+ H2­SO4Pengamatan
MgSO4Bening (tetap)Tidak ada perubahan (warna tetap bening)
CaCl2KeruhTerdapat endapan putih (atasnya keruh)
SrCl2Putih susuTerdapat endapan putih (larutan mengental)
BaCl2Putih susuTerdapat endapan putih

4.1.3 Kelarutan Garam Hidroksida

Tabel 4.1.3 Kelarutan Hidroksida

Larutan+ NaOHPengamatan
MgSO4KeruhLarutam berubah menjadi keruh
CaCl2Putih susuTerdapat endapan putih
SrCl2Bening (tetap)Terdapat endapan putih
BaCl2KeruhTerdapat endapan putih

4.2 Reaksi

4.2.1 Reaktifitas Unsur

Mg + 2H2O → Mg(OH)2 + 2H+

4.2.2 Kelarutan Garam Sulfat

MgSO2 + H2SO4 → 2Mg(HSO4)2
CaCl2  + H2SO4 → CaSO+ 2HCl
SrCl2   + H2SO4 → SrSO4   + 2HCl
BaCl2 + H2SO4 → BaSO4+ 2HCl

4.2.3 Kelarutan Garam Hidroksida

MgSO2 + 2NaOH → Mg(OH)2   + Na2SO4
CaCl2  + 2NaOH → Ca(OH)2     + 2NaCl
SrCl2   + 2NaOH → Sr(OH)2      + 2NaCl
BaCl2  + 2NaOH → Ba(OH)2     + 2NaCl


4.3 Perhitungan

4.3.1 Kelarutan Garam Sulfat

\begin{aligned}
MgSO_4 + H_2SO_4 &→ 2Mg(HSO4)2\\
MgSO_4& → Mg^{2+}+SO_4^{2-}\\
\\
Ksp_{MgSO_4}&=1,5 \times 10^{-4}\\
Qsp_{MgSO_4}&=[Mg^{2+}] [SO_4^{2-}]\\
&= [5] [5]\\
&= 0,5 \space M \times 0,5 \space M\\
&= 0,25 \space M\\
Qsp_{MgSO_4} > Ksp_{MgSO_4} &→ lewat \space jenuh \space (terdapat \space endapan)
\end{aligned}
\begin{aligned}
CaCl_2 + H_2SO_4 &→ CaSO_4+2HCl\\
CaSO_4& → Ca^{2+}+SO_4^{2-}\\
\\
Ksp_{CaSO_4}&=3 \times 10^{-5}\\
Qsp_{CaSO_4}&=[Ca^{2+}] [SO_4^{2-}]\\
&= [5] [5]\\
&= 0,5 \space M \times 0,5 \space M\\
&= 0,25 \space M\\
Qsp_{CaSO_4} > Ksp_{CaSO_4}&→ lewat \space jenuh \space (terdapat \space endapan)
\end{aligned}
\begin{aligned}
SrCl_2 + H_2SO_4 &→ SrSO_4+2HCl\\
SrSO_4& → Sr^{2+}+SO_4^{2-}\\
\\
Ksp_{SrSO_4}&=1,5 \times 10^{-4}\\
Qsp_{SrSO_4}&=[Sr^{2+}] [SO_4^{2-}]\\
&= [5] [5]\\
&= 0,5 \space M \times 0,5 \space M\\
&= 0,25 \space M\\
Qsp_{SrSO_4} > Ksp_{SrSO_4}&→ lewat \space jenuh \space (terdapat \space endapan)
\end{aligned}

\begin{aligned}
BaCl_2 + H_2SO_4 &→ BaSO_4+2HCl\\
BaSO_4& → Ba^{2+}+SO_4^{2-}\\
\\
Ksp_{BaSO_4}&=1,5 \times 10^{-4}\\
Qsp_{BaSO_4}&=[Ba^{2+}] [SO_4^{2-}]\\
&= [5] [5]\\
&= 0,5 \space M \times 0,5 \space M\\
&= 0,25 \space M\\
Qsp_{BaSO_4} > Ksp_{BaSO_4}&→ lewat \space jenuh \space (terdapat \space endapan)
\end{aligned}

4.3.2 Kelarutan Garam Hidroksida

\begin{aligned}
MgCl_2 + 2NaOH &→ Mg(OH)_2+NaCl\\
Mg(OH)_2& → Mg^{2+}+2OH^-\\
\\
Ksp_{Mg(OH)_2}&=1,8 \times 10^{-11}\\
Qsp_{Mg(OH)_2}&=[Mg^{2+}] [OH^-]^2\\
&= [5] [5]\\
&= 0,5 \space M \times 0,5 \space M\\
&= 0,25 \space M\\
Qsp_{Mg(OH)_2} > Ksp_{Mg(OH)_2}&→ lewat \space jenuh \space (terdapat \space endapan)
\end{aligned}
\begin{aligned}
CaCl_2 + 2NaOH &→ Ca(OH)_2+NaCl\\
Ca(OH)_2& → Ca^{2+}+2OH^-\\
\\
Ksp_{Ca(OH)_2}&=1,8 \times 10^{-11}\\
Qsp_{Ca(OH)_2}&=[Ca^{2+}] [OH^-]^2\\
&= [5] [5]\\
&= 0,5 \space M \times 0,5 \space M\\
&= 0,25 \space M\\
Qsp_{Ca(OH)_2} > Ksp_{Ca(OH)_2}&→ lewat \space jenuh \space (terdapat \space endapan)
\end{aligned}

\begin{aligned}
SrCl_2 + 2NaOH &→ Sr(OH)_2+NaCl\\
Sr(OH)_2& → Sr^{2+}+2OH^-\\
\\
Ksp_{Sr(OH)_2}&=1,3 \times 10^{-6}\\
Qsp_{Sr(OH)_2}&=[Sr^{2+}] [OH^-]^2\\
&= [5] [5]\\
&= 0,5 \space M \times 0,5 \space M\\
&= 0,25 \space M\\
Qsp_{Sr(OH)_2} > Ksp_{Sr(OH)_2}&→ lewat \space jenuh \space (terdapat \space endapan)
\end{aligned}
\begin{aligned}
BaCl_2 + 2NaOH &→ Ba(OH)_2+NaCl\\
Ba(OH)_2& → Sr^{2+}+2OH^-\\
\\
Ksp_{Ba(OH)_2}&=1,3 \times 10^{-6}\\
Qsp_{Ba(OH)_2}&=[Ba^{2+}] [OH^-]^2\\
&= [5] [5]\\
&= 0,5 \space M \times 0,5 \space M\\
&= 0,25 \space M\\
Qsp_{Ba(OH)_2} > Ksp_{Ba(OH)_2}&→ lewat \space jenuh \space (terdapat \space endapan)
\end{aligned}

4.3 Pembahasan

Pada percobaan yang pertama, yaitu percobaan reaktivitas unsur dengan menggunakan logam magnesium yang akan dicampur dengan aquades dengan indikator PP. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan mencampurkan 2 Ml aquades dengan 2 tetes indikator PP ke dalam tabung reaksi. yang terjadi setelah aquades dan indikator PP dicampur adalah larutan tetap berwarna bening seperti pada awalnya. Kemudian, dicampurkan 1 spatula serbuk mg ke dalam tabung reaksi tersebut, hasil yang dapat langsung dilihat adalah warna larutan berubah menjadi warna merah lembayung setelah dimasukkan serbuk Mg. Setelah itu, tabung reaksi yang berisi larutan campuran tersebut dipanaskan diatas nyala api bunsen dengan menggunakan penjepit tabung reaksi untuk memegang tabung reaksi nya. lalu, Ditunggu sampai larutan tersebut mendidih dengan ditandai dengan munculnya gelembung-gelembung gas yang muncul. setelah larutan dipanaskan sampai muncul gelembung gas larutan berubah menjadi warna ungu muda dan setelah dibiarkan beberapa saat, larutan tetap berwarna ungu muda dan terdapat serbuk-serbuk Mg yang tadi dimasukkan berada di dasar tabung reaksi tersebut. pada percobaan kali ini indikator PP berperan sebagai suatu indikator asam basa sintetik dengan rentang pH 8-10.pada awalnya, aquades dan indikator PP dicampuran tidak terjadi perubahan apapun, tetapi pada saat dicampurkan dengan serbuk Mg warna larutan langsung berwarna merah lembayung yang menandakan bahwa reaksi yang dihasilkan bersifat basa. Lalu larutan dipanaskan diatas api bunsen bertujuan untuk mempercepat laju reaksi tersebut sehingga kita bisa melihat perubahan yang terjadi tanpa menunggu lama.


Pada percobaan yang kedua, ketika larutan MgSO4 ditambahkan H2SO4 warna menjadi bening dan tidak berubah. hal tersebut terjadi dikarenakan nilai Q yang kurang dari nilai KSP yaitu 0,25 kurang dari 10, sehingga tidak terjadi perubahan apapun. pada larutan CaCl2 ketika ditambahkan larutan H2SO4 larutan menjadi keruh hal ini terjadi dikarenakan nilai Q yang melebihi nilai KSP yaitu 0,25 lebih dari 3×10-5 sehingga terdapat endapan putih dan atasnya menjadi keruh. Pada larutan SrCl2 ketika ditambahkan larutan H2SO4 larutan berubah menjadi warna putih susu, hal ini terjadi karena nilai Q yang melebihi nilai KSP yaitu 0,25 lebih dari 7,6×10-7 sehingga terdapat endapan putih dan larutan menjadi mengental. Pada larutan BaCl2 ketika ditambahkan H2SO4 larutan menjadi putih susu, hal ini terjadi dikarenakan nilai Q yang melebihi nilai KSP yaitu 0,25 lebih dari 1,5×10-9 sehingga terdapat endapan putih pada larutan tersebut.

Pada percobaan yang ketiga, ketika larutan MgSO4 ditambahkan NaOH warna larutan berubah menjadi keruh hal tersebut dikarenakan nilai Q yang melebihi nilai KSP itu 0,5 lebih dari 0,9×10-12 sehingga terdapat endapan yaitu larutan yang keruh. Pada larutan CaCl2 ketika ditambahkan NaOH warna berubah menjadi putih susu hal ini terjadi dikarenakan nilai Q yang melebihi nilai KSP yaitu 0,5 lebih dari 1,3×10-5 sehingga terdapat endapan putih pada larutan tersebut. Pada larutan SrCl2 ketika ditambahkan NaOH warna pada larutan diatasnya tetap namun dibawahnya terdapat endapan putih. Hal ini terjadi karena nilai Q yang melebihi nilai KSP yaitu 0,5 lebih dari 3,2×10-4. Pada larutan BaCl2 ketika ditambahkan NaOH larutan berubah warna menjadi keruh. Hal ini dapat terjadi karena nilai Q yang melebihi nilai KSP yaitu 0,5 lebih dari 5×10-2 sehingga terdapat endapan putih pada larutan tersebut.

Prinsip percobaan dari praktikum ini adalah mereaksikan unsur-unsur golongan alkali dan golongan alkali tanah dengan aquades untuk mengetahui sekaligus membandingkan reaktivitas unsur-unsur tersebut, dan mereaksikan senyawa garam dari unsur unsur golongan alkali dan golongan alkali tanah tersebut dengan asam H2SO4 dan basa NaOH untuk mengetahui dan membandingkan sifat kelarutan garam sulfat dan garam hidroksida dari golongan unsur.


Pada praktikum kali ini terdapat alat-alat yang memiliki fungsi sebagai berikut titik untuk alat, fungsi dari rak tabung reaksi adalah sebagai tempat untuk meletakkan tabung reaksi dengan jumlah yang banyak titik gelas kimia berfungsi sebagai wadah untuk menyimpan serta membuat larutan titik lampu spiritus berfungsi untuk meningkatkan laju reaksi kimia pada larutan itu dengan cara memanaskan gelas reaksi yang berisi larutan. Pipet tetes ialah untuk membantu memindahkan cairan dari satu wadah ke wadah yang lainnya dalam jumlah yang kecil. Penjepit tabung reaksi berfungsi untuk menjepit tabung reaksi pada saat proses pemanasan titik tabung reaksi berfungsi sebagai tempat di mana kita mereaksikan bahan kimia dalam laboratorium. Bunsen berfungsi untuk menghasilkan nyala api gas tunggal terbuka titik korek api gas berfungsi untuk menghasilkan api pada saat proses pembakaran spatula digunakan untuk alat pengambil objek dan botol semprot berfungsi sebagai alat untuk membersihkan alat-alat yang sudah tidak dipakai pada saat praktikum.

Pada praktikum kali ini terdapat bahan-bahan yang memiliki fungsi sebagai berikut indikator PP berfungsi untuk menentukan titik ekuivalen titik larutan MgSO4, CaCl2, SrCl2, BaCl2 berfungsi sebagai larutan yang diujicobakan titik larutan H2SO4 berfungsi sebagai larutan asam yang digunakan sebagai larutan yang mereaksikan senyawa garam. larutan NaOH berfungsi untuk melarutkan basa yang mereaksikan senyawa garam dan aquades yang berfungsi sebagai pelarut.

Fungsi perlakuan pada praktikum kali ini adalah dimasukkan larutan yang berbeda-beda pada masing-masing tabung reaksi yang berbeda juga yang bertujuan untuk membedakan antara satu unsur dengan unsur yang lainnya dan agar tidak tercampur dengan unsur maupun larutan yang lain. Fungsi dimasukkan larutan H2SO4 adalah untuk mengetahui unsur pada kelarutan garam sulfat dan fungsi dimasukkan NaOH adalah untuk mengetahui kereaktifan suatu unsur pada kelarutan garam hidroksida. Fungsi dipanaskan larutan diatas bunsen adalah untuk mempercepat laju reaksi dari suatu reaksi. Fungsi dimasukkan serbuk magnesium adalah untuk mengetahui kereaktifan suatu unsur pada golongan alkali tanah. fungsi dimasukkan indikator PP adalah untuk mengetahui apakah larutan yang digunakan bersifat asam atau basa.


Pada praktikum kali ini, didapat perhitungan sebagai berikut. Pada 2 MgSO4 + H2SO4 = 2MgHSO4 2 didapat KSP 10 dan nilai Q 0,25. Pada CaCl2 + H2SO4 = CuSO4 + 2HCl didapat KSP 3×10-5 dan nilai Q 0,25 dan pada BaCl2 + H2SO4 = BaSO4 + 2HCl didapatkan KSP 1,5×10-9 dan nilai Q 0,25. Pada SrCl2 + H2SO4 = SrSO4 + 2HCl. 2HCl didapat KSP 7,6×10-7 dan nilai Q adalah 0,25 terjadi pada kelarutan garam sulfat. Sedangkan, pada kelarutan garam hidroksida yaitu 2MgSO4 + 2 NaOH = MgOH2 + Na2SO4 didapat KSP 0,9×10-12 dan nilai Q = 0,5. Pada Cl2 + 2 NaOH = CaOH2 + 2NaCl didapat KSP 1,3×10 -5 dan nilai Q 0,5 titik pada srcl2 + 2 NaOH = SR 2 + 2 NaCl didapat KSP 3,2×10-4 dengan nilai Q 0,5 dan pada bacl2 + 2 NaOH = baoh2 + 2 NaCl didapat KSP 5 dikali 10-2 dengan nilai Q 0,5.

Faktor kesalahan pada praktikum ini yaitu pada saat mengukur larutan dengan menggunakan pipet tetes terdapat kelebihan volume dari jumlah yang seharusnya sehingga mempengaruhi hasil dari percobaan. selain itu juga faktor kesalahan lainnya yaitu pipet tetes tidak dibersihkan hingga benar-benar bersih sehingga membuat senyawa tercemar dan mempengaruhi hasil yang ada pada percobaan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan mengenai sifat-sifat unsur yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:

  1. Reaksi yang terjadi pada logam magnesium dan air adalah reaksi pembentukan magnesium hidroksida. Selain itu juga terdapat gelembung-gelembung hidrogen yang dapat diamati. Hal itu menandakan bahwa selain menghasilkan magnesium hidroksida reaksi tersebut juga menghasilkan gas hidrogen. Reaksi tersebut merupakan reaksi reversibel yang artinya hasil dari reaksi yakni magnesium hidroksida dan gas hidrogen dapat bereaksi kembali menghasilkan magnesium dan air. Selain itu juga terdapat reaksi dengan indikator PP yang membuatnya berubah warna.
  2. Larutan garam sulfat dan garam hidroksida dari golongan IIA diuji pada percobaan kedua dan ketiga dan mendapat data pada tabel secara kualitatif. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin ke bawah atau semakin besar periode unsur golongan IIA pembentuk garam maka kelarutannya akan lewat jenuh sehingga endapan yang dihasilkan akan semakin banyak.
  3. Dapat diketahui bahwa semakin besar periode maka kulit akan semakin bertambah. Maka dari itu jarak elektron dari pusat atom akan semakin jauh sehingga elektron akan lebih mudah terlepas dan lebih mudah bereaksi.

5.2 Saran

Sebaiknya pada praktikum selanjutnya digunakan unsur-unsur golongan IA seperti Litium Natrium dan Kalium sehingga lebih banyak data didapatkan dan lebih jelas perbedaan dari golongan IA dan IIA.

DAFTAR PUSTAKA

Basri, Sarjoni. 2003. Kamus Kimia. PT Bineka Cipta: Jakarta.

Brady. J.E. 1991. Chemistry Matter and Its Chang. Wley: New York.

Keena. 1984. Kimia untuk Universitas. Erlangga: Jakarta.

Sudarmo, U.2004. Kimia SMA kelas X.Erlangga: Jakarta.

Sukartono. 1983. Ilmu Kimia. Gadjah Mada Universitas Press: Yogyakarta.

Syukri. 1999. Kimia Dasar 3 .ITB: Bandung.

Anonim. 2003. https://books.google.co.id/books?id=yTxacgAAQBAJ&PG=PA344jp=PA344&dQ.

Tinggalkan komentar